Minat konsumen untuk membeli buku fisik kayaknya mulai menurun. Bahkan Toko Buku Gunung Agung yang terkenal toko buku legend terpaksa menutup pasarnya pada akhir tahun lalu, meski sudah berusia 70 tahun.
Bukan tidak mungkin kalau Togamas dan Gramedia bakal menyusul nih. Melansir dari beberapa sumber, lesunya toko buku sebenarnya sudah jadi fenomena global kalau tidak menyesuaikan zaman.Salah satu faktornya, ditandai dengan minat mencari informasi orang Indonesia sekarang bukan lagi baca buku, tapi dari konten.
Paling tidak, MinJar merangkum beberapa poin terkait perubahan daya beli di toko buku ini:
Mayoritas dari kita mendapatkan informasi dari media sosial, bener gak? Dan angkanya tinggi banget, sampe 70an persen dominasi nya.
Apalagi sekarang arus informasi semakin luas. Perkembangan teknologi memungkinkan orang bisa mengakses informasi tanpa batas, bahkan gratis.
Sekarang minat membaca buku fisik mungkin menurun, karena beralih ke arus informasi digital yang pesat. Apakah berarti buku fisik akan ngga laku di masa depan? Belum tentu. Meskipun toko buku fisik mulai menutup gerainya, penjualan online masih bergairah kok.
Menutup toko fisik bisa jadi alasan untuk efisiensi dengan memaksimalkan penjualan via e-commerce. Hadirnya toko online ini memudahkan orang untuk membandingkan harga dari mana saja.
Baca juga: Rahasia Gramedia jadi Toko Buku Favorit Warga
Paling tidak, ada 4 generasi pembaca di Indonesia, yaitu Baby Boomer (59-77 th), Gen X (44-48 th), Gen Y/Milenial (29-43 th), dan Gen Z (13-28 th). Tiap-tiap kelompok usia memiliki kecenderungan perilaku membaca yang berbeda-beda. Para generasi tua lebih cenderung suka untuk membaca buku fisik, sedangkan kita Gen Y dan Z lebih cenderung menyukai bacaan online karena butuh kecepatan transfer ilmu pengetahuan. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa digitalisasi telah masuk ke dalam keseharian kita, juga turut mengubah perilaku manusia dalam membaca buku.
Sebenarnya, banyak aspek-aspek lain yang menyebabkan toko buku fisik banyak yang tutup. Hal ini tidak hanya berdampak pada operasional toko buku, melainkan juga ekosistem penerbitan dan para penulis juga, lho.
Menurut Teman Belajar, apa saja yang bisa bikin toko buku offline masih bisa bertahan di tengah era digital ini?