Apakah toko buku perlahan mulai "kehilangan" pasarnya?

2 mins
Marketing Theory
Content

Minat konsumen untuk membeli buku fisik kayaknya mulai menurun. Bahkan Toko Buku Gunung Agung yang terkenal toko buku legend terpaksa menutup pasarnya pada akhir tahun lalu, meski sudah berusia 70 tahun.

Bukan tidak mungkin kalau Togamas dan Gramedia bakal menyusul nih. Melansir dari beberapa sumber, lesunya toko buku sebenarnya sudah jadi fenomena global kalau tidak menyesuaikan zaman.Salah satu faktornya, ditandai dengan minat mencari informasi orang Indonesia sekarang bukan lagi baca buku, tapi dari konten. 

Paling tidak, MinJar merangkum beberapa poin terkait perubahan daya beli di toko buku ini:

perubahan perilaku mendapatkan informasi via katadata

1. Berkembangnya media sosial

Mayoritas dari kita mendapatkan informasi dari media sosial, bener gak? Dan angkanya tinggi banget, sampe 70an persen dominasi nya.

Apalagi sekarang arus informasi semakin luas. Perkembangan teknologi memungkinkan orang bisa mengakses informasi tanpa batas, bahkan gratis.

2. Beralih ke toko buku digital

Sekarang minat membaca buku fisik mungkin menurun, karena beralih ke arus informasi digital yang pesat. Apakah berarti buku fisik akan ngga laku di masa depan? Belum tentu. Meskipun toko buku fisik mulai menutup gerainya, penjualan online masih bergairah kok.

Menutup toko fisik bisa jadi alasan untuk efisiensi dengan memaksimalkan penjualan via e-commerce. Hadirnya toko online ini memudahkan orang untuk membandingkan harga dari mana saja. 

Baca juga: Rahasia Gramedia jadi Toko Buku Favorit Warga

3. Perilaku pembaca digital

Paling tidak, ada 4 generasi pembaca di Indonesia, yaitu Baby Boomer (59-77 th), Gen X (44-48 th), Gen Y/Milenial (29-43 th), dan Gen Z (13-28 th). Tiap-tiap kelompok usia memiliki kecenderungan perilaku membaca yang berbeda-beda. Para generasi tua lebih cenderung suka untuk membaca buku fisik, sedangkan kita Gen Y dan Z lebih cenderung menyukai bacaan online karena butuh kecepatan transfer ilmu pengetahuan. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa digitalisasi telah masuk ke dalam keseharian kita, juga turut mengubah perilaku manusia dalam membaca buku. 

Sebenarnya, banyak aspek-aspek lain yang menyebabkan toko buku fisik banyak yang tutup. Hal ini tidak hanya berdampak pada operasional toko buku, melainkan juga ekosistem penerbitan dan para penulis juga, lho. 

Menurut Teman Belajar, apa saja yang bisa bikin toko buku offline masih bisa bertahan di tengah era digital ini?

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.

Cookie preferences