Taro, salah satu produk makanan ringan yang sudah bertahan selama lebih 30 tahun menemani petualangan anak-anak kecil Indonesia punya cerita panjang terkait akuisisi perusahaan. Di balik ketenarannya di kalangan anak-anak generasi 90an, ternyata kerap kali dilanda isu pailit karena terlilit hutang.
Kita runut jalan panjang akuisisi brand snack legendaris ini. Jadi, pada tahun 2003 Taro Snack milik PT. FKS Food dibeli oleh Unilever. Setelah 8 tahun berselang di bawah naungan Unilever, Taro ini dijual kembali kepada PT. Tiga Pilar Sejahtera (TPS Food) dengan nilai sebesar 200 miliar. Seperti yang banyak beredar di surat kabar daring, alasan utama Unilever melepas Taro adalah keinginan untuk berfokus pada produk home, personal care, food, dan ice cream.
Kalau dibaca lebih jauh, Taro ini udah bolak balik ganti perusahaan induk. masalah Taro ini pelik juga, mulai dari "gonta ganti pasangan" sampai jeratan pailit (2019). Mirip dengan skema bursa transfer pemain bola. Namun, sekali lagi Taro selamat karena pihaknya masih berada dalam masa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Bagi para konsumen, mungkin sayang banget kalau brand ini tidak beredar lagi di pasaran. Padahal Taro terlihat baik baik saja, tapi ternyata perusahaannya cukup bermasalah.
Akuisisi dan merger bukan hal baru buat perusahaan-perusahaan besar maupun multinasional. Motifnya memang bermacam-macam, ada yang menggunakan strategi ini untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi bisnis, namun ada juga yang memanfaatkan hal ini untuk meningkatkan jangkauan pasar yang lebih luas. Atau bahkan membangun branding baru buat suatu produk. Di sisi lain, akuisisi atau merger juga tidak menutup kemungkinan menimbulkan kerugian aset dan hal-hal lainnya.
Dalam kasus Taro, mungkin berbagai masalah yang membuat Taro tampak "less innovation" dibanding kompetitor snack mereka. Promosi di kanal-kanal digital nya pun juga udah nggak segencar dulu. Padahal persaingan industri snack cukup ketat. Hingga sekarang, pasar snack masih dikuasai Indofood dengan berbagai lini produk snack nya.
Berharap Taro bisa kembali membaik dan memaksimalkan kembali penjualan mereka. Sayang banget kalau sampai meredup karena brand identity yang sudah terbentuk.
Siapa nih yang masih suka beli snack Taro ini? Apa yang kalian ingat dari Taro ini?