Pernah denger istilah brand collaboration? Ini bukan sekadar dua brand kerja bareng loh, Teman Belajar, tapi mereka bikin sesuatu yang baru dengan ngegabungin kekuatan masing-masing. Salah satu contohnya? Oreo dan Ritz—dua brand snack beda rasa yang sama-sama hits banget.
Gimana ceritanya bisa kolab? Yuk, kita bahas!
Oreo terkenal dengan rasa manisnya, sedangkan Ritz dikenal dengan crackers asinnya. Keduanya diproduksi oleh perusahaan yang sama, Mondelez International. Nah, di sinilah serunya. Mereka gak cuma sekadar kolaborasi buat bikin produk baru, tapi menambahkan strategi limited edition.
Apa efeknya? Jelas bikin orang panik beli karena takut kehabisan, alias kena sindrom FOMO (Fear of Missing Out). Bayangin, siapa sih yang gak pengen nyobain kombinasi rasa yang unik, ini jadi kesempatan langka buat nyobain snack yang gak bakal muncul tiap hari.
Oreo dan Ritz gak cuma jualan snack, mereka jual pengalaman. Strategi limited edition ini sukses bikin orang rela buru-buru beli biar gak ketinggalan. Bahkan sebelum produknya rilis, media sosial udah rame bahas dan bikin orang makin penasaran.
Produk-produk limited ini sering banget viral di kalangan foodies atau kolektor yang seneng ngumpulin barang-barang edisi terbatas. Ini juga bikin kesan kalau mereka yang berhasil dapetin produk ini adalah bagian dari “klub eksklusif.” Di sinilah poin penting dari brand collaboration: bikin hype!
Kalau kita bandingin sama kolaborasi Chitato dan Indomie, strateginya sedikit beda tapi tetap jitu. Mereka gak pakai strategi limited edition, tapi main di display product marketing. Jadi, produknya ditaruh di rak-rak supermarket persis di sebelah Indomie. Misalnya, kamu yang awalnya mau beli Indomie doang, tiba-tiba liat Chitato rasa Indomie goreng yang ter-display di sebelahnya. Laper mata deh!
Strategi ini berhasil banget buat bikin orang penasaran. Rasa yang familiar dari Indomie goreng, tapi dalam bentuk keripik? Tentu banyak yang gak tahan buat nyoba! Display marketing ini gak cuma narik perhatian, tapi juga jadi taktik buat cross-selling, alias ngebantu brand lain jual produknya lewat exposure yang tepat.
Brand collaboration bukan cuma soal nyatuin dua produk jadi satu. Ada banyak alasan kenapa ini jadi salah satu strategi favorit banyak brand besar, terutama di kalangan milenial dan Gen Z:
Biar brand collaboration sukses, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan:
1. Relevansi Produk: Pastikan kolaborasi ini make sense buat kedua brand. Kombinasi manisnya Oreo dan asinnya Ritz, misalnya, menciptakan harmoni rasa yang unik. Ini bikin kolaborasi mereka relevan dan menarik.
2. Strategi Marketing yang Tepat: Mau limited edition kayak Oreo-Ritz atau display marketing kayak Chitato-Indomie, yang penting pilih strategi yang sesuai sama audiens kamu. Jangan sampai hype-nya cuma di awal doang.
3. Timing: Waktu peluncuran juga krusial. Produk limited edition bakal lebih sukses kalau diluncurkan di waktu yang pas, misalnya mendekati event besar atau musim liburan.
Kolaborasi antara Oreo & Ritz, atau Chitato & Indomie, membuktikan kalau brand collaboration adalah salah satu trik paling jitu buat naikin awareness, ngasih pengalaman baru, dan tentunya menarik audiens baru. Selain seru buat konsumen, strategi ini bisa jadi game changer buat brand yang pengen ngejar engagement lebih besar.
Jadi, gak heran kalau makin banyak brand yang tertarik buat berkolaborasi dan bikin produk yang gak cuma unik, tapi juga bikin orang ngiler buat nyoba!
Kalau Teman Belajar pernah nyobain brand collab apa aja, nih?