Hai, Teman Belajar! Pernah nggak sih kalian lihat mainan imut bernama LABUBU yang viral banget akhir-akhir ini?
Fenomena LABUBU tidak sekadar tentang FOMO (fear of missing out). Viralitasnya didukung oleh tren kidult, yaitu fenomena orang dewasa yang memenuhi kebutuhan psikologis mereka melalui hobi mengoleksi art toys.
Bahkan, di level tertentu, mengoleksi art toys bisa memberikan efek terapeutik. Tak heran, antrean panjang pembeli art toys, seperti LABUBU, seringkali dipenuhi orang dewasa. Selain itu, art toys juga memiliki nilai komersial yang signifikan sebagai objek seni, membuatnya lebih terjangkau bagi segmen pasar dewasa karena harga yang relatif tinggi.
Setiap individu memiliki tingkatan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan, sebagaimana dijelaskan dalam Maslow's Hierarchy of Needs. Hierarki ini didorong oleh dua jenis motivasi:
Cara setiap orang memenuhi kebutuhan psikologisnya (psychological needs) sangat bervariasi. Ada yang memilih memiliki pasangan, bergabung dalam komunitas, atau mengoleksi sesuatu. Pada tahap inilah tren kidult—orang dewasa yang menikmati aktivitas atau hobi yang biasanya dikaitkan dengan anak-anak—mulai relevan.
Riset dari Departemen Psikologi, University of Toronto oleh Angelie Ignacio dan Gerald Cupchik menyebutkan bahwa orang dewasa yang memiliki rasa aman (secure) sering memanfaatkan boneka atau mainan untuk menciptakan dunia fiksi sebagai media kreativitas. Hal ini dilakukan sebagai sarana terapi mandiri untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Psychology Today, mengoleksi barang seperti boneka memiliki manfaat terapeutik, karena menciptakan hubungan emosional yang memberikan sense of belonging bagi kolektornya. Selain itu, aktivitas mengoleksi juga merangsang kenikmatan di otak, memberikan efek kepuasan.
Art toys adalah objek seni dalam bentuk mainan yang menggabungkan segmen pasar seni dan mainan sekaligus. Produk ini erat kaitannya dengan industri hiburan seperti film, gim, musik, dan komik. Contohnya adalah action figure Marvel atau karya KAWS.
LABUBU, salah satu produk art toys yang populer, diciptakan dengan desain unik yang menonjolkan kreativitas dan ekspresi artistik. Produsen seperti Pop Mart, terkenal dengan konsep blind box-nya, sering memproduksi art toys dalam jumlah terbatas untuk menarik minat kolektor.
LABUBU menjadi fenomena viral, salah satunya berkat efek pemasaran dari Lisa BLACKPINK yang memamerkannya di media sosial. Ini menciptakan efek FOMO, terutama di kalangan orang dewasa yang mampu membeli. Fenomena ini juga didukung oleh kombinasi strategi pemasaran yang efektif, seperti:
Strategi ini menciptakan daya tarik besar bagi kalangan kidult dan memperkuat posisi art toys sebagai bagian dari gaya hidup modern.
Kombinasi antara strategi marketing, kebutuhan psikologis, dan fenomena viral ini sebenarnya bisa disetting. Kalau Teman Belajar tertarik mendalami fenomena ini, kamu bisa Belajar tentang Psychology Marketing di kelas Full Stack Digital Marketing, atau baca study case lainnya di sini! Semoga bermanfaat!