Persaingan pasar brand sarung ketat banget. Tapi kamu pasti nggak asing dengan brand sarung Atlas, yang sudah eksis dari 1950 an.
Untuk memenangkan pasar, brand tersebut menciptakan sub brand bernama BHS sebagai "fighter brand strategy" melawan kompetitornya.
Kalau bicara soal umur, Atlas bisa dibilang salah satu brand sarung yang sudah melegenda. Merujuk dari berbagai sumber, mereka mengklaim sudah ada sejak 1953.
Wajar kalau atlas cukup sukses di Indonesia. Mereka juga punya segment product yang bervariasi.
Tapi sayangnya, brand legend aja nggak cukup buat melawan kompetitornya. Makin kesini makin banyak brand baru bermunculan.
Biar nggak kalah sama kompetitor, Atlas harus berinovasi mengejar celah value yang tidak dimiliki oleh kompetitor. Terutama harga, kualitas atau menggaet ambassador baru.
Mungkin jarang orang tau, kalau BHS masih satu perusahaan sama Atlas di bawah BEHAESTEX.
Atlas yang dari dulu terkenal sarung menengah bawah, bikin sub brand sarung "mewah" buat menguasai pasar sesuai segment nya.
Dulu sarung identik sama ibadah atau dipakai di rumah. Tapi, sekarang behaviornya berubah. Sarung bisa jadi trend fashion buat dipakai berbagai aktivitas santai di luar ruangan.
Perubahan behavior sarung inilah yang membuat BEHAESTEX bikin sub brand sarung "mewah" bernama BHS.
Sejauh ini, brand sarung ketat banget persaingannya. Ada gajah duduk yang terngiang-ngiang di kepala karena iklannya.
Bahkan gajah duduk banyak brand yang menyaingi, ada gajah unggul, gajah tunggal & aksi gajah lainnya. Saking banyaknya sampai dibuatkan thread, lho!
Ohiya, buat kamu yang mau belajar lebih mengenai riset market ataupun branding, kamu bisa ikuti bootcamp Full Stack Digital Marketing, lho! Info selengkapnya bisa kamu pantau di website Belajarlagi.id dan kanal X @belajarlagiHQ, ya!