Teman Belajar, sebagai pecinta produk lokal, pasti nggak asing dong dengan merek sepatu Aerostreet? Brand sepatu lokal ini terkenal sering membuat sepatu kolaborasi dengan berbagai brand lain.
Sepatu-sepatu yang diproduksi berdasarkan kolaborasi dengan brand lain ini sangat menarik, loh, Teman Belajar. Sebab, Aerostreet cukup berani mendesain sepatu-sepatu kolabnya itu dengan keunikan brand yang justru di luar ekspektasi kita. Dia tak jarang berkolaborasi dengan brand makanan.
Tapi sayangnya, brand lokal itu hanya memproduksi sepatu kolaborasi dengan jumlah yang sangat sedikit alias limit. Pada akhirnya, sepatu-sepatu kolaborasi unik ini langka deh di pasaran.
Dibuat limitnya produksi sepatu ini merupakan bentuk strategi marketing loh, Teman Belajar. Strategi yang diterapkan ileh Aerostreet ini disebut "Rarity Scarcity Strategy". Yuk, kita bahas!
Rarity scarcity adalah strategi kelangkaan produk yang dibuat sengaja agar bisa memunculkan kesan eksklusifitas pada brand tersebut. Biasanya terjadi pada produk-produk kolaborasi pada sebuah brand.
Penerapan strategi itu bertujuan agar menimbulkan exposure tinggi. Selain itu, ini akan meningkatkan talkability atau perbincangan di antara kedua brand yang berkolaborasi tersebut.
Strategi ini juga akan menimbulkan kesan "exclusive" dan juga "rare" bagi konsumennya. Sehingga, akan ada rasa takut bagi konsumen ketika mereka tidak memiliki produk kolaborasi tersebut.
Aerostreet sering berkolaborasi dengan berbagai macam brand. Mulai dari merek sandal legendaria Swallow, snack 90-an Tiniwinibiti, merek buah Sunpride, merek bumbu Boncabe, dan lain-lain.
Hanya saja, setiap kolaborasi, Aerostreet memang tidak produksi banyak sepatu. Mereka hanya membuat ribuan pcs saja.
Mereka juga mengandalkan media sosial sebagai platform promote-nya. Antusias konsumen di setiap kolaborasi selalu ramai dan mencapai ribuan. Bahkan, produknya terjual habis alias sold out dalam waktu yang singkat.
Ini menunjukkan kalau strategi ini berhasil memberikan efek yang luar biasa. Mulai dari exposure sampai ke psikologis konsumennya.
Tapi sayangnya strategi ini rawan "dimainkan". Reseller berpotensi memainkan harga sehingga harga untuk sepasang sepatu bisa naik dari harga normal.
Waaah. Jadi begitu rahasianya ya, Teman Belajar! Gimana, seru kan insight tentang marketing-nya kali ini?
Kamu bisa loh baca-baca artikel-artikel seru lainnya tentang studi kasus marketing di laman website belajarlagi.id dan twitter @belajarlahiHQ!
Mau join kelas online kami untuk memperdalam ilmu digital marketing? Boleh banget! Kamu bisa cek kelas umum dan spesialisasi apa saja yang saat ini tersedia di BelajarlagiHQ. Sampai jumpa di kelas!