Kalau kamu ngikutin perjalanan Janji Jiwa, pasti udah notice beberapa perubahan besar. Salah satunya, mereka nggak cuma jual kopi lagi. Sekarang kamu bisa nemuin menu kayak Singkong Goreng, bahkan sampai Bakmie. Yap, mereka nggak main-main dalam melakukan brand extension.
Tapi, apa sih brand extension itu? Dan kenapa strategi ini bisa sukses besar buat Janji Jiwa? Yuk, kita ulik lebih dalam!
Dilansir dari Investopedia, Brand extension adalah strategi bisnis di mana sebuah brand memperluas jangkauan produknya ke kategori lain yang masih relevan dengan brand image mereka. Intinya, mereka memanfaatkan brand awareness yang sudah ada untuk masuk ke pasar baru tanpa harus mulai dari nol.
Contoh paling terkenal? Coca-Cola. Mereka nggak cuma jual minuman soda, tapi juga masuk ke kategori lain seperti teh, jus, bahkan air mineral. Hasilnya? Pendapatan mereka naik drastis hingga Rp14 triliun (Quarter-on-Quarter). Dan Janji Jiwa? Mereka juga menerapkan strategi ini dengan cara yang sama. Gak cuma jualan kopi lagi, tapi juga snack dan makanan berat seperti Bakmie.
Kalau kamu sering beli kopi di Janji Jiwa, pasti udah notice perubahan di logonya. Logo hand-writing khas mereka udah nggak se-ikonik dulu. Salah satu alasan mereka ganti logo adalah karena banyak kompetitor, seperti Lain Hati, yang juga pakai gaya tulisan tangan. Nah, untuk menjaga keunikan brand, Janji Jiwa akhirnya mempertegas logo mereka, tapi tetap mempertahankan elemen jari kelingking sebagai simbol pinky promise.
Uniknya, mereka juga memilih warna merah muda sebagai aksen di logo baru mereka, yang terkesan lebih modern dan fresh. Branding baru ini jelas ngasih sinyal kalau Janji Jiwa nggak lagi cuma fokus di kopi, tapi juga masuk ke berbagai kategori lain. Jadi, jangan kaget kalau kamu bisa ngopi sambil makan berat di sana sekarang.
Selain perubahan logo, langkah besar lainnya yang diambil Janji Jiwa adalah diversifikasi produk. Dulu, mereka identik banget dengan kopi susu kekinian. Sekarang, mereka udah mulai jual produk-produk non-coffee seperti toast, snack, sampai Bakmie. Diversifikasi produk ini bikin mereka nggak cuma fokus di satu kategori aja, tapi bisa memenuhi kebutuhan pasar yang lebih luas.
Kenapa ini penting? Karena pasar kopi susu sekarang udah mulai saturated alias penuh dengan pemain lain. Dengan menambah kategori produk baru, Janji Jiwa nggak hanya memperluas target marketnya, tapi juga memperkuat brand positioning mereka sebagai tempat nongkrong yang lengkap: bisa ngopi, ngemil, sampai makan berat.
Nggak cuma soal produk dan logo, Janji Jiwa juga ngelakuin update di bagian kemasan. Kalau kamu sering liat cup baru mereka, ada hal menarik di balik desainnya. Cup Janji Jiwa sekarang menggunakan bahan dari rPET, yaitu plastik daur ulang yang lebih ramah lingkungan. Ini bukan cuma soal style, tapi juga strategi untuk menunjukkan kalau mereka peduli sama sustainability dan environmental responsibility. Ini jadi nilai tambah yang keren buat brand di tengah semakin tingginya kesadaran masyarakat soal isu lingkungan.
Jadi, dengan kemasan baru ini, mereka nggak cuma kelihatan lebih kekinian, tapi juga menyasar audiens yang peduli dengan isu sustainability. Storytelling kemasan ini jelas memperkuat brand mereka di mata konsumen.
Janji Jiwa jelas nggak asal-asalan dalam mengambil langkah rebranding ini. Brand extension mereka benar-benar didukung oleh beberapa elemen kunci:
Pergantian logo, diversifikasi produk, sampai packaging baru ini semua nggak dilakukan secara impulsif. Janji Jiwa jelas udah melakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan besar ini. Rebranding dan brand extension adalah strategi jangka panjang yang bisa membawa dampak besar. Tapi, ini bukan langkah yang mudah dan butuh persiapan matang.
Nah, kalau kamu tertarik buat belajar lebih lanjut soal strategi branding dan pengembangan bisnis, program seperti FSDM Cohort 16 bisa jadi pilihan tepat. Di sana, kamu bisa belajar langsung gimana caranya handle brand UMKM dan praktek learning by doing. Siap buat memulai perjalanan brandingmu?