Ketika banyak brand FnB rutin kasih promo diskon buat narik pembeli, The Harvest justru menolak kasih diskon ke customer buat jaga image luxurynya. Meski begitu, nyatanya mereka bisa bertahan sampai 20 tahun dan ekspansi sampai punya 91 outlet. Coba kita ulik apa aja strateginya.
Luxury brand adalah kategori merek yang menawarkan produk dan layanan berkualitas tinggi dengan harga premium. Ciri khas dari luxury brand meliputi eksklusivitas, kualitas material, dan keunggulan dalam hal craftsmanship. Standar luxury brand biasanya mencakup kualitas bahan, desain yang inovatif, branding yang kuat, pengalaman pelanggan yang luar biasa, serta nilai heritage dan tradisi. Luxury brand tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual status dan pengalaman yang berbeda bagi konsumennya.
Instead of kasih diskon, The Harvest lebih milih kasih produk gratis buat pembelian produk tertentu, tujuannya supaya customer cobain produk yang lain. Ini cerdas sih. Mereka mulai nerapin diskon juga baru setelah pandemi dan itu biasanya hanya untuk online karena kerja sama dengan platform deliv-nya atau pas acara anniversary-nya. Untuk signature cakenya, hampir gak pernah diskon.
The Harvest pertama kali didirikan untuk mengisi celah di industri bakery, di mana waktu 2004 belum ada brand cake premium ala Eropa yang dijual secara masif. Cake premium waktu itu biasanya cuma bisa ditemui di hotel bintang lima dan hanya untuk tamu hotel. Dari situ, The Harvest dikenal sebagai pelopor cake premium lokal. Mereka fokus untuk menguatkan karakter brand-nya sebagai cake premium ala Eropa dengan cara mengembangkan produk yang unik dan berbeda dari cake kebanyakan.
The Harvest lebih memilih strategi stand alone marketing untuk menjual produknya, alias tidak memasukkan brand-nya untuk dijual di mall. Pemilihan lokasi juga tetap menggunakan perhitungan yang matang. Mereka mencari tempat dengan traffic yang besar, seperti area perkantoran dan trading area. Tidak memilih untuk masuk mall karena tim riset mereka mengklaim bahwa customer The Harvest lebih senang take away. Jika outletnya ada di mall, itu akan kurang praktis. Pelanggan perlu masuk mall dan kadang kesulitan mencari outlet di dalamnya, jadi stand alone dirasa lebih efektif untuk menaikkan traffic.
Baca juga: tujuan strategi stand alone marketing untuk peritel
Brand extension adalah strategi pemasaran yang memungkinkan sebuah merek untuk memasuki kategori produk baru dengan memanfaatkan nama dan reputasi merek yang sudah ada. Ternyata, The Harvest tidak cuma menjual cake, tetapi juga menu hot food seperti pasta, steak, dan sandwich. Ada hampers dan minuman seperti kopi dan teh. Mereka menjual produk extension-nya lewat brand bernama Almondtree, di mana harga cake di sini tidak semahal di The Harvest. Namun sayangnya, per tahun lalu, cabang-cabang Almondtree sudah mulai banyak yang tutup.
Siapa nih yang suka beli kue ulang tahun di The Harvest? Coba share kenapa kalian lebih suka beli cake di sana!
Waaah, insight baru kan, Teman Belajar! Makanya, jangan lewatkan artikel-artikel baru dari website Belajarlagi.id untuk insight-insight baru yang sangat bermanfaat. Bagi kamu yang ingin belajar lebih dalam, kamu juga bisa pantengin ketersediaan jadwal kelas Branding dari BelajarlagiHQ melalui X @BelajarlagiHQ. Di sana kamu bisa belajar tentang kategori brand. Sampai jumpa di kelas, ya!