Kamu mungkin bakal mikir, “Gimana ceritanya CFC, brand ayam goreng lokal, bisa makin sukses meski nutup cabang?” California Fried Chicken (CFC) yang terbentuk sejak 1983 baru aja ngalamin hal unik—mereka menutup 19 gerai, tapi revenue mereka malah naik 56% lebih, sampai tembus Rp700 miliar! Ini jelas bikin banyak orang penasaran.
Nah, buat Teman Belajar yang lagi cari inspirasi strategi bisnis atau sekadar penasaran sama “jurus” yang dipakai CFC, yuk kita bongkar satu-satu. Minjar sudah merangkum 3 cara.
Desclaimer: Data ini berasal dari channel YouTube Kasih Solusi yang ngasih gambaran terbuka soal performa CFC, jadi semua orang bisa ngintip strategi mereka.
Banyak bisnis berpikir kalau mau untung besar, harus terus buka cabang di sana-sini. Tapi, CFC malah ambil jalan beda: mereka fokus memanfaatkan cabang yang udah ada dan pasti menguntungkan. Gimana caranya? Dengan ngasih promo-promo yang sesuai pasar, meningkatkan kualitas produk, dan invest di SDM biar performa tim makin solid. CFC juga lebih fokus ke cabang yang punya trafik tinggi, jadi mereka tahu cabang mana yang benar-benar layak dipertahankan.
Pandemi bikin banyak bisnis goyah, termasuk CFC. Tapi di saat banyak brand mungkin panik ekspansi buat ngejar omzet, mereka justru memilih memperkuat pondasi. Dari sini, CFC ngajarin kita bahwa menambah outlet bukan satu-satunya cara buat growth—kadang malah bikin beban operasional makin berat. Utilisasi aset yang optimal bisa jauh lebih efisien dan ngasih hasil yang stabil.
Setelah evaluasi habis-habisan, CFC akhirnya tahu di mana aja lokasi yang potensial dan produk apa yang paling diminati pelanggan. Hasilnya? Mereka melakukan gebrakan dengan berkolaborasi bareng KAI dan buka cabang di stasiun kereta lokal dan KRL. Ini langkah cerdas karena, siapa sih yang nggak pengen ngemil enak sambil nunggu kereta? Selain bikin mereka mudah diakses pelanggan, strategi ini juga membantu mereka tampil lebih “nyata” dan dekat dengan keseharian orang Indonesia.
Yang bikin strategi ini tambah solid adalah pemilihan menu yang dijual. Meski mereka sering update produk, paket ayam dan side dish favorit tetap selalu ada. Ini cara CFC buat terus relevan tanpa kehilangan identitas yang sudah dicintai pelanggan sejak lama.
Walaupun udah dikenal dengan ayam krispi, CFC nggak berhenti berinovasi. Mereka rajin banget ngeluarin produk-produk baru yang kekinian dan menarik bagi pelanggan muda. Mulai dari rice bowl, sweet drink series, sampai sambal lokal yang lagi hype, semuanya dibuat buat menambah variasi tanpa ngelupain produk intinya. Dengan terus menawarkan produk baru, CFC bikin pelanggannya nggak bosen dan selalu ada alasan buat balik lagi.
Rutin update menu ini bukan cuma soal ngejar tren, tapi juga strategi buat ningkatin engagement sama pelanggan. Kalau kamu perhatiin, tren di industri F&B emang cepat banget berubah, dan CFC ngerti betul pentingnya adaptasi ini buat bisa tetap relevan dan nggak “kalah umur.”
CFC menunjukkan bahwa sukses di bisnis F&B nggak selalu tentang banyaknya cabang. Pengelolaan yang bijak justru jadi kunci mereka buat bertahan di situasi sulit dan bahkan tumbuh pesat. Langkah-langkah ini bikin revenue mereka makin stabil tanpa harus menanggung beban cost yang nggak perlu. Ini juga pelajaran buat kita, bahwa ekspansi itu nggak selalu harus fisik—bisa lewat optimalisasi aset, kolaborasi strategis, atau diversifikasi produk.
Dengan strategi ini, CFC buktiin kalau growth yang sustainable bisa didapatkan tanpa harus buka outlet baru di mana-mana. Memahami pasar, fokus sama aset yang ada, dan berinovasi itu kunci yang bisa banget diterapkan buat bisnis yang mau growth tanpa beban operasional besar.
Omong-omong, dari semua inovasi dan menu legendarisnya, kamu sendiri paling suka menu yang mana nih di CFC?