Trik Marketing di Dunia F&B yang Sering Kita Abaikan

3 mins
Marketing Theory
Sales

Dalam dunia F&B (food and beverage), ada banyak sekali strategi marketing yang digunakan untuk menarik konsumen. Salah satu trik yang mungkin sering kita lihat adalah klaim porsi pada kemasan produk. Ambil contoh produk Nabati. Mereka mencantumkan di kemasannya bahwa produk tersebut bisa dikonsumsi untuk 8 orang. Terdengar ekonomis, bukan? Namun, ada satu hal yang mungkin luput dari perhatian kita: konsep ini disebut Portion Distribution. Trik ini sengaja digunakan agar kita merasa produk tersebut lebih hemat. Padahal, kenyataannya, dalam satu kali duduk, produk itu bisa habis hanya oleh satu orang saja.

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?

Informasi nilai gizi

Brand makanan dan minuman tentu saja ingin produknya laku di pasaran. Mereka berlomba-lomba menciptakan kualitas rasa yang terbaik, mengemas produknya seapik mungkin, dan sering kali menggunakan trik pemasaran seperti klaim porsi, nutrisi, atau bahan alami untuk menarik perhatian.

Namun, di balik kampanye rasa dan kualitas, sering kali pesan soal nutrisi dan kandungan produk tidak dikomunikasikan dengan transparan. Walaupun mereka sudah mematuhi peraturan BPOM, jumlah konsumsi per orang sulit dikendalikan. Dan di sinilah peran konsumen jadi penting. Kita sebagai konsumen harus lebih jeli dalam membaca informasi nutrisi dan berhati-hati agar tidak mudah terpancing oleh trik marketing tersebut.

Bagaimana Brand Memainkan Trik Pemasaran dalam Produk F&B?

Mari kita lihat beberapa contoh trik marketing yang sering dipakai di dunia F&B:

1. Label "Natural" atau "Organic"

Ketika brand menempelkan label "terbuat dari bahan alami" atau "organik", kita langsung merasa yakin bahwa produk tersebut sehat. Namun, penting untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Cek kembali komposisinya! Produk mungkin menggunakan bahan dasar alami, tetapi bahan pendukung seperti pengawet, pewarna, atau pemanis buatan bisa jadi masuk ke dalam daftar komposisinya. Kuncinya adalah: jangan hanya terbuai oleh label depan kemasan. Pastikan untuk selalu membaca bagian belakang yang memuat nutrition facts dan komposisinya secara lengkap.

Misalnya, banyak produk jus buah yang mengklaim "alami" tetapi sebenarnya masih mengandung tambahan gula atau zat pengawet. Mengapa ini penting? Karena sebagai konsumen, kita sering kali hanya fokus pada branding produk, bukan pada substansi sebenarnya.

2. "Fat-Free", Benarkah?

Kandungan gula pada minuman kemasan

Salah satu klaim yang sering kita temukan adalah "fat-free" atau bebas lemak. Sayangnya, klaim ini juga bisa menyesatkan. Bagaimana bisa? Menurut regulasi, jika kandungan lemak di bawah 0,5 gram per sajian, brand diizinkan untuk membulatkannya menjadi 0%. Jadi, meskipun tertulis bebas lemak, produk tersebut tetap mengandung sedikit lemak. Apakah ini masalah besar? Mungkin tidak jika kita konsumsi dalam porsi yang wajar. Tapi, ketika kita merasa produk ini "aman" untuk dikonsumsi lebih banyak karena "bebas lemak", di situlah potensi jebakan marketing muncul.

Misalnya, yogurt rendah lemak yang diklaim "fat-free" mungkin tetap mengandung sejumlah kecil lemak. Jika kita tidak memperhatikan ini dan mengonsumsi dalam jumlah besar, kita bisa saja mendapatkan lemak lebih dari yang kita kira.

3. Serving Size yang Terkesan Menipu

Brand sering kali mencantumkan serving size atau ukuran porsi pada kemasannya. Tapi apakah kita benar-benar memperhatikan ini? Misalnya, satu bungkus keripik kentang mungkin memiliki porsi untuk 2-3 orang, tapi sering kali kita menganggap satu bungkus itu adalah satu porsi untuk satu orang. Akibatnya, kita cenderung mengonsumsi produk dalam jumlah lebih besar daripada yang disarankan, yang tentu berimbas pada asupan kalori, gula, atau lemak yang masuk ke tubuh kita.

Ini adalah salah satu trik marketing paling halus—brand tidak membohongi kita, tapi mereka juga tidak mempermudah kita dalam memahami porsi yang sebenarnya. Inilah kenapa penting bagi kita untuk selalu mengecek label "serving size" agar lebih bijak dalam mengonsumsi produk.

Mengapa Konsumen Sering Terkecoh?

Sebagian besar dari kita cenderung hanya melihat bagian depan kemasan produk. Bagian depan adalah etalase visual yang memikat. Di sinilah brand menaruh klaim terbesar mereka: "bebas gula", "rendah lemak", "tinggi serat", dan lain-lain. Tapi jarang ada yang menyempatkan diri untuk memeriksa detail di bagian belakang, di mana informasi nutrisi yang lebih lengkap tersedia.

Kebiasaan kita dalam mengambil keputusan berdasarkan apa yang terlihat di depan kemasan perlu diubah. Agar bisa menjadi konsumen yang lebih bijak, kita harus mulai terbiasa melihat dan memahami informasi yang ada di bagian belakang produk.

Sebagai konsumen di era modern, kita memang dimanjakan dengan pilihan produk yang beragam dan strategi pemasaran yang kreatif. Namun, dengan banyaknya trik marketing yang dipakai oleh brand, kita harus lebih kritis dan selektif dalam menentukan apa yang kita konsumsi. Jangan mudah tergiur oleh label atau klaim di depan kemasan, tetapi luangkan waktu untuk membaca dan memahami kandungan nutrisi yang ada di bagian belakang. Dengan begitu, kita bisa menjaga kesehatan tubuh sambil tetap menikmati produk-produk yang ada di pasaran.

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Topik apa yang paling menarik untuk anda?
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.

Cookie preferences