15 Alasan Resign yang Baik, Masuk Akal, dan Nggak Ngasal

Jessica Dima
8 Min Read
Published:
July 16, 2024
Updated:
July 17, 2024

Resign yang baik mesti disertai dengan alasan yang masuk akal. Jika kamu masuk ke perusahaan dengan baik-baik, maka saat keluar pun kamu harus melakukan yang sama. Hindari resign tanpa alasan jelas, apalagi HR pasti akan menanyakan hal tersebut ketika exit interview.

Selain itu, alasan resign juga sebaiknya masuk akal dan tidak asal-asalan. Sebisa mungkin kamu tidak menjelek-jelekkan perusahaan, melainkan tinggalkan kesan yang berarti. Ingat, perusahaan juga butuh masukan yang baik untuk menekan angka turnover.

Untuk kamu yang tengah menyiapkan rencana baru dalam karier dan berencana keluar dari perusahaan, berikut beberapa alasan resign yang baik yang bisa kamu gunakan. Coba cermati masing-masing alasannya, ya!

Pentingnya mengungkapkan alasan resign

Menurut Indeed, perusahaan membutuhkan alasan resign yang baik dari karyawan untuk mengevaluasi kinerja selama ini. Terutama jika kaitannya dengan tingkat kepuasan karyawan selama bekerja di perusahaan. Perusahaan yang memiliki sejarah turnover tinggi biasanya sangat membutuhkan data alasan resign sebagai acuan untuk perbaikan.

Penting bagi perusahaan untuk mempertahankan karyawan sebaik mungkin, apalagi untuk keberlangsungan jangka panjang. Dengan mengetahui alasan resign para karyawan, perusahaan dapat memecahkan masalah yang sering terjadi. Selain itu, dari alasan itu perusahaan juga terdorong menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.

Sementara dari sisi karyawan, mengemukakan alasan resign adalah bentuk upaya guna menunjukkan itikad baik sebelum keluar. Sederhananya, alasan resign menggambarkan bahwa karyawan “pamit” secara baik-baik.

Dalam praktiknya, tidak sedikit karyawan yang cukup kebingungan mengutarakan alasan resign. Penyebabnya banyak, misalnya sungkan berkata jujur, tidak nyaman membagi masalah pribadi, dan lain-lain.

Nah, agar tidak salah dalam membuat alasan, tim Belajarlagi sudah menyiapkan beberapa contoh alasan resign untuk kamu.

Contoh alasan resign yang baik

Coba gali dan tanyakan lagi ke diri sendiri terlebih dahulu: sebenarnya apa yang jadi alasan atau penyebab kamu memilih keluar dari pekerjaan?

Sering kali keputusan resign terjadi karena alasan yang bersifat emosional. Kalaupun kamu memilih melakukannya, sebaiknya tidak mengemukakan alasan emosional tersebut begitu saja. Ingat, kamu harus “pamit” secara baik-baik, bukan meninggalkan sakit atau kemarahan.

Namun, ada kalanya juga keputusan resign terbentuk karena pemikiran dan pertimbangan matang. Untuk meyakinkan perusahaan akan keputusanmu, kuncinya ada pada cara kamu menyampaikan alasan resign. Selama kamu yakin, perusahaan pun tak akan mempertanyakanmu.

Alasan resign yang baik mesti masuk akal, contohnya sebagai berikut:

1. Mendapat pekerjaan baru

Melansir dari Indeed, alasan ini menjadi penyebab paling umum mengapa seseorang resign. Tentu tidak ada yang salah dengan alasan ini, apalagi jika kamu sudah memikirkan peluang mana yang lebih baik.

Nah, jadikan bahan pertimbanganmu memilih perusahaan baru sebagai alasan untuk resign. Beberapa pertimbangan yang mungkin muncul saat memilih pekerjaan baru antara lain:

  • Gaji dan tunjangan
  • Peluang karier lebih baik
  • Sistem kerja lebih nyaman
  • Selaras dengan tujuan karier jangka panjang
  • Value pekerjaan yang sejalan dengan value hidup

Saat hendak melepas karyawan yang memperoleh pekerjaan baru, perusahaan biasanya bisa menanyakan banyak hal lebih detail. Oleh sebab itu, pastikan kamu sudah yakin dengan pilihanmu dan tunjukkan apa yang mendasarinya.

2. Membutuhkan tempat untuk berkembang

Dalam bekerja, kamu merasa memerlukan ruang untuk berkembang lebih baik. Bisa jadi perusahaanmu saat ini tidak mampu memfasilitasinya. Tugas dan tanggung jawabmu terkesan monoton dan kamu belum mendapatkan kesempatan untuk lebih banyak belajar juga.

Ini juga bisa menjadi alasan resign yang kuat untuk kamu ajukan ke perusahaan. Sekalipun pekerjaanmu selama ini baik dan tidak ada masalah, bukan berarti kamu akan selamanya di situ. Saat kondisi pekerjaan terlalu nyaman, itu pun bisa jadi jebakan karena kamu menjadi lambat berkembang.

Baca Juga: Contoh Isi Email Lamaran Kerja Fresh Graduate dan Jobseeker yang Benar

3. Berencana bersekolah lagi

Kebutuhan dan rencana untuk melanjutkan studi juga menjadi salah satu alasan resign yang baik. Apalagi zaman sekarang banyak karyawan memilih berkuliah kembali untuk meningkatkan potensi dan peluang karier. Ketika kamu kesulitan melakoni peran sebagai karyawan dan mahasiswa, resign dari pekerjaan adalah opsi yang tepat.

Dalam mengutarakan alasan ini, bisa jadi perusahaan meresponi dengan memberikan opsi jam kerja yang lebih fleksibel. Andai kamu memang mantap untuk keluar dari pekerjaan dan fokus kuliah, pastikan kamu juga bisa menolak opsi itu, ya.

4. Tidak nyaman dengan manajemen perusahaan

Ada kalanya alasan resign memang karena faktor ketidaksukaanmu pada perusahaan. Itu wajar dan normal, jadi kamu pun berhak untuk mengemukakannya. Hanya saja, utarakan dengan baik dan sopan.

Tunjukkan bagian mana dari manajemen perusahaan yang membuatmu kurang nyaman. Misalnya, ada perubahan struktur secara mendadak dan itu berdampak besar ke kinerja dan produktivitas karyawan. Atau bisa juga beberapa kebijakan baru yang menurutmu tidak berpihak ke karyawan dan itu membuatmu tidak puas.

5. Rencana mengubah karier

Alasan resign yang baik bisa pula berupa adanya rencana untuk mengubah karier atau bahkan loncat karier. Hal ini sekarang ini sangat umum terjadi, lho. Bahkan sekalipun kamu sudah bertahun-tahun bekerja di satu industri yang sama, kamu tetap punya kesempatan untuk beralih ke industri kerja yang baru.

Pilihan mengubah karier ini biasanya bisa diterima perusahaan dengan baik pula. Jadi, pastikan kamu sudah mantap dan siap dengan pilihan barumu, termasuk segala risikonya.

contoh resign yang baik

Untuk kamu yang tertarik menjajal karier baru di dunia digital marketing, perlengkapi dirimu sebaik mungkin dari sekarang. Belajarlagi dapat menjadi platform pilihanmu untuk belajar karena ada banyak bootcamp online yang bisa kamu ikuti.

Misalnya, Fullstack Digital Marketing, SEO Bootcamp, Social Media Organic Bootcamp, dan berbagai mini bootcamp lainnya. Biar lebih jelas, coba simak detail tiap kelasnya di website Belajarlagi. Jangan sampai ketinggalan untuk daftar kelas-kelas menarik!

6. Ketidakpuasan akan gaji

Selain karena manajemen, sering kali alasan gaji menjadi pertimbangan untuk resign. Mengutarakan ketidakpuasan akan gaji itu boleh-boleh saja, kok. Apalagi jika kamu sendiri memang merasa punya kompetensi cukup untuk memperoleh gaji lebih baik.

Jangan merasa tidak enak untuk menyinggung gaji. Bagaimana pun juga, perusahaan juga memerlukan masukan berharga terkait gaji jika ingin mempertahankan lebih banyak karyawan. Namun, ingat untuk menyampaikannya dengan sopan, bukan merendahkan atau menyalahkan.

Baca Juga: Cara Dapat Pekerjaan yang Tepat: Tips & Strategi

7. Lingkungan kerja tidak sehat

Ada beberapa hal yang menjadi indikator lingkungan kerja kurang sehat. Misalnya, gaya kepemimpinan yang terlalu menekan, ekspektasi perusahaan tidak jelas, persaingan tidak sehat, atasan yang kasar, dan lain-lain.

Itu pulalah yang kemudian menjadi alasan kuat mengapa seseorang memilih keluar dari perusahaan. Memilih untuk tidak berlama-lama di lingkungan tidak sehat juga pilihan terbaik, kok. Mengemukakan hal ini saat resign juga akan berdampak bagus bagi perusahaan ke depannya.

8. Kondisi kesehatan

Kesehatan, baik fisik maupun mental, sering juga menjadi alasan resign yang masuk akal. Ketika beban kerja yang tinggi berdampak ke kesehatan fisik yang terus menurun, resign merupakan opsi terbaik yang bisa kamu lakukan. Hal ini berlaku pula untuk kondisi mental.

Jangan malu menyampaikan kondisi kesehatan mental ke perusahaan saat resign. Tunjukkan apa yang menjadi prioritasmu. Tidak ada yang salah untuk mengakui bahwa kondisi mentalmu sedang tidak baik-baik saja.

9. Pindah domisili atau tempat tinggal

Kepindahan domisili dan tempat tinggal dapat terjadi pada karyawan yang telah berkeluarga. Inilah yang mendorong seseorang untuk keluar dari pekerjaan, terutama jika tidak memungkinkan untuk dimutasi ke tempat yang diinginkan.

Dengan alasan pindah tempat tinggal, perusahaan biasanya tidak akan mempertanyakan keputusanmu. Kecuali jika perusahaan punya sistem kerja jarak jauh yang bisa kamu pertimbangkan.

10. Prioritas pada hal lain

Adanya prioritas akan hal lain juga merupakan alasan resign yang baik. Namun, pastikan kamu menyampaikan prioritas tersebut secara jelas. Tujuannya agar perusahaan pun bisa memahami pilihanmu.

Hal-hal yang menjadi prioritas seseorang yang hendak resign misalnya fokus menjadi ibu setelah melahirkan, merawat orang tua yang sakit, fokus ke usaha mandiri, dan lain-lain. Dari stiu, perusahaan menjadi mengerti apa yang menjadi prioritas dalam hidupmu.

11. Butuh fleksibilitas kerja

Dengan perkembangan zaman, bekerja kini bisa dilakukan secara jarak jauh. Sistem kerja ini menawarkan fleksibilitas yang nyaman untuk karyawan. Sayang, belum semua perusahaan siap melakukannya.

Andai kamu butuh fleksibilitas dan perusahaan tak mampu memberikannya, kamu bisa lho memilih resign dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai. Bekerja secara fleksibel bukan berarti pemalas. Fleksibilitas dalam bekerja justru berfokus untuk efisiensi waktu bekerja, apalagi jika selama ini membuang waktu berjam-jam di jalan karena macet.

12. Pindah penempatan kerja

Ketika bekerja pada perusahaan, kamu harus mematuhi aturan dan kebijakan yang ada. Salah satunya jika kamu mengalami pemindahan penempatan kerja ke kota lain. Nah, bisa jadi kamu kurang suka pada keputusan tersebut.

Jika kamu merasa keberatan dan tidak bisa dikompromikan, kamu bisa menjadikannya sebagai  alasan resign yang masuk akal. Utarakan apa yang membuatmu tidak nyaman perihal kepindahan tersebut. Berikan gambaran jelas ke perusahaan bahwa keputusan untuk keluar adalah opsi terbaik.

13. Kurang puas pada peran di pekerjaan

Ada segelintir karyawan yang merasa tidak puas dalam pekerjaan. Ketidakpuasan ini lebih menitikberatkan pada tugas, peran, dan tanggung jawabnya selama bekerja.

Katakanlah kamu orang dengan kemampuan dan kompetensi baik, tetapi tidak diberi tanggung jawab yang sepadan. Bahkan, itu terjadi selama bertahun-tahun kamu bekerja di situ. Ini sudah menjadi alasan yang cukup untukmu meninggalkan pekerjaan.

14. Keinginan membuka bisnis sendiri

Nah, alasan resign ini juga cukup umum, terutama bagi karyawan yang mulai melirik peluang untuk membuka usaha sendiri. Beberapa orang mencoba buka bisnis saat masih menjadi karyawan. Seiring berkembangnya usaha yang dirintis, ada titik di mana mesti memilih antara pekerjaan tetap atau berbisnis.

Umumnya perusahaan tidak akan mempermasalahkan alasan tersebut. Yang penting kamu mantap untuk berbisnis dan melepas pekerjaan tetapmu.

15. Butuh rehat panjang dari kerja

Alasan ini mungkin jarang digunakan, tetapi sebenarnya sangat mungkin terjadi. Bagi seseorang yang sudah bertahun-tahun bekerja dan bahkan jarang ambil cuti, rehat sejenak dari dunia pekerjaan bisa jadi diperlukan, lho.

Karyawan yang memilih opsi resign demi rehat agak panjang biasanya punya keinginan meredakan stres dan menenangkan diri. Ini menjadi langkah terbaik sebagai pencegahan dari kondisi mental yang lebih berbahaya, misalnya depresi.

Baca Juga: Job Posting vs Job Description, Apa Sih Perbedaannya?

Kesimpulan

Alasan resign yang baik adalah yang masuk akal serta tidak dibuat-buat. Saat exit interview, sebisa mungkin kamu ungkapkan sejujur-jujurnya mengapa memilih keluar dari perusahaan. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, kok.

Mengutarakan alasan resign juga dapat membantu perusahaan untuk mengevaluasi turnover mereka. Dari karyawan-karyawan yang resign, perusahaan dapat membuat perencanaan baru agar dapat mempertahankan karyawan yang masih ada.

#
Karir
Belajarlagi author:

Jessica Dima

Freelance SEO content writer yang 5+ berpengalaman menulis artikel dengan berbagai topik: pekerjaan, gaya hidup, edukasi, dan kesehatan mental. Selain SEO, ia mempunyai passion khusus pada storytelling.

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.