Untuk saat ini, perkembangan AI di Indonesia bisa kita katakan cukup pesat. Hal ini bisa kita lihat dari mulai bergantungnya beberapa sektor industri terhadap AI. Hampir semua jenis pekerjaan kini menggunakan AI untuk mempermudah beberapa tugas.
Bahkan, Artificial Intelligence pun turut banyak dipakai oleh para siswa, mahasiswa, hingga akademisi dalam menyusun sebuah tulisan. Meski hingga sekarang masih menuai pro dan kontra, toh penggunaan AI pada dasarnya memang lebih efektif untuk proses penulisan. Terutama dalam proses riset ataupun mencari bahan-bahan tulisan pendukung.
Kali ini Tim Belajarlagi akan mengajak kita menyelami lebih mendalam mengenai bagaimana perkembangan AI di Indonesia. Tak cuma itu, kita akan diajak mengenali apa saja tantangan yang kemungkinan besar muncul dalam penerapan AI itu sendiri. Yuk, simak dan cermati bersama-sama!
Perkembangan AI di Indonesia saat ini
Dibalik sejarah perkembangan artificial intelligence, penggunaan kecerdasan buatan di Indonesia sudah cukup berkembang sekalipun masih kalah jauh dibandingkan negara-negara maju lainnya. Seiring dengan peningkatan teknologi dan kesadaran akan potensi AI, makin banyak orang Indonesia memakai AI untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan sehari-hari.
Berikut ini beberapa contoh penerapan AI di berbagai sektor industri Indonesia:
- Perbankan dan keuangan
Banyak bank di Indonesia mulai menerapkan AI untuk mendeteksi transaksi mencurigakan. Sistem AI ini mampu menganalisis pola transaksi hingga lokasi guna mengidentifikasi potensi kerugian dan penipuan. Selain itu, chatbot berbasis AI juga dimanfaatkan bank untuk melayani nasabah 24 jam dalam sehari.
- E-commerce
Berbagai platform e-commerce memanfaatkan AI untuk memberikan rekomendasi produk ke konsumen. AI ini bekerja dengan mempelajari riwayat belanja para konsumen, pencarian, hingga preferensi mereka. Dalam proses pemasaran, AI juga membantu digital marketer dalam menyusun konten-konten pemasaran yang efektif dan menjual.
- Kesehatan
Penggunaan AI di sektor kesehatan sebenarnya masih berada pada tahap awal, tetapi potensinya cukup menjanjikan. Misalnya, AI bisa membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit berdasarkan citra medis pada MRI, X-ray, ataupun CT scan. Tak hanya itu, aplikasi kesehatan berbasis AI juga berdampak pada kemudahan dalam memantau kondisi pasien dan memberikan peringatan dini terkait kondisi tertentu.
- Pertanian
Teknologi AI dapat memprediksi kondisi cuaca dan serangan hama agar petani mampu mengambil langkah pencegahan lebih tepat. AI juga bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan penggunaan air irigasi yang nantinya turut berdampak ke peningkatan hasil dan kualitas tanaman.
- Transportasi
Beberapa sektor transportasi Indonesia menggunakan AI untuk membantu mengurai kemacetan dan mengoptimalkan manajemen lalu lintas. Selain itu, AI pun dapat memberikan kondisi real time perjalanan transportasi publik ke pengguna.
- Pendidikan
Kini para guru pun juga mulai memanfaatkan AI untuk pendidikan yang membuat sistem pengajaran yang lebih adaptif dan menarik. Bahkan, beberapa tugas siswa pun dapat dinilai secara otomatis sehingga guru bisa lebih fokus ke tugas-tugas penting lainnya dalam pendidikan.
Dengan perkembangan AI yang cukup pesat tersebut, wajar jika kita sendiri pun mulai sadar untuk lebih “melek” terhadap teknologi AI. Pertanyaannya, seberapa besar sih pengetahuan dan keterampilan dasar kita dalam menggunakan AI?
Yuk, asah kemampuan kita memanfaatkan AI dengan belajar di Mini Bootcamp AI Prompting & Automation dari Belajarlagi. Di kelas tersebut, kita akan belajar AI dari dasar-dasarnya, mulai dari perkembangan AI sampai penggunaan AI lewat ChatGPT.
Yang tidak kalah penting nih, kemampuan kita dalam menulis prompt juga akan makin terasah. Alhasil, kita pun dapat memanfaatkan LLM seperti ChatGPT, Gemini, dan sebagainya dengan prompt yang lebih tajam dan efektif.
Dengan instruktur yang sudah jago dan berpengalaman di bidang AI, kita bakal dapat paket lengkap dalam belajar, deh. Tidak hanya sebatas teori, melainkan juga praktik. Menarik dan seru, kan?
Untuk informasi lebih lengkap mengenai kurikulum dan pendaftaran Mini Bootcamp AI Prompting & Automation, bisa cek langsung di website Belajarlagi, ya!
Strategi nasional untuk kecerdasan buatan
Indonesia sendiri cukup serius dalam memprioritaskan perkembangan AI, terutama dalam kurun waktu dua hingga empat tahun belakangan ini. Misalnya, ada Strategi Nasional (Stranas) untuk Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020-2045 merupakan koordinasi antar beberapa lembaga, mulai dari Kominfo, BRIN, dan BPPT.
Stranas KA ini punya tujuan mempercepat pengembangan AI di Indonesia agar penggunaannya dapat dimanfaatkan secara efektif. Beberapa poin pentingnya antara lain:
- Visi dan misi
Keberadaan kecerdasan buatan berfokus pada bagaimana perannya dalam kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas hidup, hingga solusi untuk berbagai tantangan nasional di masa mendatang.
- Tujuan strategis
Tujuan yang ada dibuat spesifik dan terukur guna mencapai visi dan misi yang ada. Cakupannya bisa berupa peningkatan dan pengembangan talenta AI, pengembangan infrastruktur, peningkatan riset, dan lain-lain.
- Prioritas sektor
Lima sektor yang menjadi prioritas dalam pengembangan AI di Indonesia adalah kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan, serta mobilitas dan kota pintar. Harapannya pengembangan AI di tahun-tahun mendatang dapat berfokus pada kelima sektor tersebut.
- Etika dan kebijakan
Fokusnya ada pada tata kelola data dan privasi, transparansi, keamanan teknis, sampai kesejahteraan sosial dan lingkungan. Indonesia berkomitmen untuk melakukan hal-hal tadi demi terciptanya pengembangan AI yang tetap kondusif dan bermanfaat untuk masyarakat.
- Pengembangan talenta
Guna memenuhi sumber daya di sektor AI yang kompeten, Indonesia merencanakan memperbanyak pelatihan AI serta membangun ekosistem pembelajaran berbasis AI. Ada pula rencana pengembangan sertifikasi kompetensi untuk AI.
- Riset dan inovasi industri
Akan adanya riset sekaligus inovasi industri berkelanjutan yang sifatnya merupakan kolaborasi antara pemerintah dengan berbagai sektor industri. Tujuannya untuk mempercepat pengembangan AI di Indonesia.
Baca Juga: 4 Perbedaan AI dan Machine Learning? Ini Jawabannya!
Saya sendiri sudah mulai membiasakan diri menggunakan AI untuk mempermudah pekerjaan, terutama tentang kepenulisan. Sebagai content writer, tools AI sangat membantu dalam proses pengolahan ide sekaligus riset dalam menulis. Contoh AI untuk menulis yang pernah saya coba antara lain ChatGPT dan Gemini.
Nah, selama tiga bulan ini saya mencoba produk AI Belajarlagi yang ternyata sangat praktis sekaligus bermanfaat untuk menyelesaikan pekerjaan menulis saya. Dengan AI Belajarlagi, saya tak perlu memiliki banyak akun tools AI.
Pasalanya, AI Belajarlagi menyediakan banyak model AI, mulai dari ChatGPT, Dall-E, Gemini, Claude, hingga Perplexity. Semua tools tersebut bisa saya akses cukup dengan satu platform saja! Pokoknya serba simpel dan praktis.
Selain itu, kualitas hasil prompt-nya pun juga berkualitas. Karena tampilannya yang user friendly, AI Belajarlagi juga sangat cocok buat para pemula yang baru mengenal AI. Apalagi harga berlangganannya termasuk terjangkau, lho.
Untuk informasi lebih lengkap mengenai AI Belajarlagi berikut biaya berlangganannya, bisa cek langsung di website Belajarlagi, ya!
Apa saja tantangan dalam penerapan AI?
Untuk menuju visi pengembangan AI di tahun-tahun mendatang, Indonesia tentu juga menghadapi sejumlah tantangan. Berikut beberapa di antaranya:
1. Keterbatasan data
Kecerdasan buatan memerlukan data dalam jumlah besar sekaligus berkualitas agar bisa terlatih secara efektif. Sementara, Indonesia masih kekurangan akses data yang tergolong akurat, terstruktur, dan komprehensif. Masih ada data-data yang sifatnya bias dan ini menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan AI.
Langkah yang bisa pemerintah tempuh untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan membangun infrastruktur data nasional yang terintegrasi, aman dan mudah diakses para peneliti dan pengembang AI. Guna meningkatkan kualitas data, pemerintah bisa mengalokasikan investasi untuk program pembersihan data secara menyeluruh.
2. Keterbatasan infrastruktur
Seperti kita tahu, pengembangan AI membutuhkan infrastruktur komputasi yang kuat. Contohnya, akses ke computing cloud yang berkualitas dan koneksi internet yang memadai. Sementara, akses infrastruktur yang baik ini juga masih sangat terbatas, apalagi di daerah-daerah kecil.
Untuk menyokong infrastruktur yang lebih memadai, mau tidak mau pemerintah mesti membangun akses internet lebih baik dan merata ke seluruh area Indonesia. Selain itu, pemerintah harus menyediakan pusat pengembangan data yang modern dan mampu bergerak cepat untuk pengembangan AI.
Tantangan ini menjadi cukup sulit karena area Indonesia sendiri begitu luas dan harus kita akui bahwa ada kesenjangan besar perihal akses internet. Kota-kota besar jauh lebih mudah mendapat akses internet berkualitas daripada daerah terpencil.
3. Keterbatasan talenta
Tenaga yang ahli di bidang AI juga masih kurang. Mulai dari data scientist, AI engineer, dan peneliti AI. Tentunya ini menjadi hambatan besar dalam pengembangan AI di Indonesia. Apalagi pendidikan dasar AI sendiri rasanya belum mampu memenuhi kebutuhan pasar yang kian meningkat.
Untuk mengatasinya, pemerintah perlu mengkaji ulang mengenai kurikulum pendidikan di semua jenjang. Pengetahuan tentang data science dan materi AI harus masuk ke kurikulum agar bisa dijadikan basic skill.
Selain itu, program sertifikasi AI juga harus segera dikembangkan. Tujuannya agar Indonesia lebih cepat memperoleh praktisi AI yang kredibel dan berkualitas.
Baca juga: Dampak Negatif dan Positif Artificial Intelligence, Wajib Tahu!
4. Regulasi dan etika
Selama ini regulasi tentang pengembangan dan penerapan AI di Indonesia masih kurang sehingga muncul masalah tentang etika serta keamanan. Cakupannya mulai dari privasi data, bias algoritma, dan tanggung jawab terhadap kesalahan sistem.
Dalam hal ini, perlu adanya kerangka regulasi mengenai AI yang lengkap dan komprehensif. Regulasi ini nantinya mesti menjamin keamanan dan hak-hak individu dalam menggunakan Ai.
5. Kesenjangan digital
Literasi tentang era digital di Indonesia tergolong masih kurang, bahkan muncul kesenjangan antara masyarakat kota dan desa. Untuk tempat yang masih punya keterbatasan akses internet, pengenalan tentang AI tentu sangat lemah. Inilah yang nantinya bisa menjadi potensi masalah dalam pengembangan AI.
Pemerintah perlu mengupayakan peningkatan literasi digital, baik untuk masyarakat daerah maupun kota. Ingat, tidak semua masyarakat kota cukup “melek” akan digital. Rasanya sudah sewajarnya pemahaman akan dasar-dasar literasi digital juga ikut masuk ke dalam kurikulum pembelajaran di berbagai tingkatan pendidikan.
6. Kolaborasi yang minim
Selama ini, kerja sama antara sektor pemerintah, swasta, dan akademisi dalam pengembangan AI masih tergolong kurang. Tentunya ini akan menjadi hambatan penerapan AI yang komprehensif di Indonesia.
Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan forum tertentu untuk menjadi media kolaborasi dan diskusi antara pemerintah dan berbagai sektor. Kolaborasi ini dapat membahas mengenai isu-isu apa saja yang muncul terkait AI sekaligus solusinya.
Untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan sistem AI, pemerintah bisa membangun ekosistem yang lebih kuat. Tentunya akan jauh lebih mudah jika bekerja sama dengan praktisi, akademisi, dan sektor swasta.
Baca Juga: 7+ Sertifikasi dan Kursus AI Terbaik Untuk Pemula dan Profesional
Dari ulasan mengenai perkembangan AI di Indonesia tersebut, semoga kita menjadi lebih bersemangat dalam melatih keterampilan menggunakan AI. Yuk, sama-sama bangun Indonesia menjadi lebih baik lewat pemanfaatan dan pengembangan AI di masa-masa mendatang!