Belajar copywriting menjadi salah satu kegiatan yang bisa kamu lakukan guna memperluas kemampuan, terutama dalam bidang marketing. Kebutuhan perusahaan akan konten penjualan mau tidak mau mesti melibatkan orang yang jago merangkai kata. Bukan hanya mahir menulis semata, melainkan juga memikat hati calon pembeli.
Zaman sekarang, orang-orang mudah sekali terpikat oleh kalimat unik yang kerap muncul dalam berbagai campaign. Entah itu lewat media sosial ataupun televisi. Bahkan, keunikan copywriting sering kali menjadikan konsumen lebih mudah terhubung dengan sebuah brand lho.
Untuk kamu yang tengah tertarik belajar copywriting, ada baiknya kamu pahami dulu seluk beluk dunia ini. Mulai dari definisi, prinsip, tips, hingga rekomendasi tempat belajarnya. Simak dan cermati baik-baik ulasannya berikut ini ya!
Copywriting itu apa sih?
Sejatinya, copywriting merupakan elemen penting dalam semua bentuk konten marketing maupun advertising. Melansir dari Hubspot, copywriting sendiri terdiri dari rangkaian kata-kata, baik lisan maupun langsung, yang tujuannya untuk mendorong pembeli melakukan tindakan. Sederhananya, copywriting adalah kalimat pemasaran yang dapat memantik rasa ingin tahu orang-orang hingga melakukan pembelian.
Copywriting mirip seperti Call To Action (CTA), hanya saja skalanya jauh lebih besar. Seorang copywriter bertugas untuk membuat orang berpikir, merasakan, hingga akhirnya merespon konten yang dibuat. Teman Belajar bisa membayangkan, kunci penting dari copywriting sebenarnya ada pada kemampuan menarik perhatian banyak orang.
Namun, ingat juga bahwa copywriting bukanlah sekadar kumpulan kata-kata pemanis yang menghipnotis calon konsumen. Copywriting yang baik tidak cuma berisi hard selling. Dalam hal ini, copywriter mesti jeli mengenal masalah konsumen dan mencoba mengurai solusinya lewat kata-kata.
Setelah sekilas mengenal definisi dan garis besar copywriting, selanjutnya kamu dapat menyiapkan diri buat belajar hal tersebut. Kenali dulu prinsip-prinsip dasarnya buat para pemula ya!
Prinsip copywriting buat pemula
Orang-orang sering kesulitan membedakan antara copywriting dengan content writing. Padahal, tujuan dari bentuk tulisan tersebut saja sudah berbeda lho. Copywriting lebih bersifat persuasif (mengajak orang untuk membeli), sementara content writing sifanya sebatas edukatif ataupun informatif.
Dengan perbedaan tersebut, kemampuan yang dibutuhkan copywriter pun sedikit berbeda dari content writer. Apalagi content writer biasanya menulis untuk artikel panjang. Sementara, copywriter lebih dituntut membuat kalimat ringkas, namun efektif.
Menurut Hubspot, berikut ini prinsip-prinsip dalam copywriting yang bisa jadi landasan buat belajar:
1. Buang ketakutan menulis
Tidak semua orang punya keberanian untuk menuliskan rangkaian kata-kata, apalagi yang tidak terbiasa menulis. Inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi para pemula yang belajar copywriting. Ketakutan dalam menulis sendiri penyebabnya beragam, mulai dari tidak tahu mau menulis apa hingga hanya sekadar overthinking saja.
Nah, cara terbaik untuk mengalahkan rasa takut itu adalah dengan mulai saja menulis. Ya, sesederhana itu. Menunda-nunda belajar menulis hanya akan memperbesar ketakutan itu sendiri. Tulis saja apa yang muncul di kepala tanpa harus memikirkan benar atau salahnya dulu.
Ingat, kamu tidak harus mahir dalam berbahasa untuk menjadi copywriter. Coba belajarlah membuat satu kalimat pendek yang sifatnya unik sekaligus persuasif. Pelajari beberapa copywriting dari berbagai brand untuk mengasah kemampuan menulismu. Sederhana kan?
2. Hindari mengedit saat menulis
Prinsip penting berikutnya adalah jangan lakukan penyuntingan saat menulis. Biarkan saja ide dan kata-katamu mengalir, tanpa harus memikirkan bagus atau tidak. Melakukan penulisan dan pengeditan secara bersamaan hanya akan mengganggu proses produksi ide.
Kalau kamu merasa ada yang kurang pas dari rangkaian katamu, biarkan saja dulu. Tuntaskan dulu copywriting-mu, baru setelah itu baca ulang kalimat-kalimat copywriting-mu. Baca dan rasakan berkali-kali sampai kamu menemukan hal yang kurang pas. Setelah itu, barulah kamu boleh menyuntingnya.
Sayangnya, tidak semua copywriter menerapkan prinsip ini. Keraguan-raguan dalam proses menuliskan ide justru akan membuat penulisan copywriting terhenti. Jadi, hilangkan keraguanmu dan belajarlah untuk menuntaskan tulisan sesegera mungkin ya.
3. Pahami audiens
Ingat, tujuan utama dari sebuah copywriting adalah menarik perhatian audiens untuk melakukan pembelian. Karena tokoh utamanya adalah audiens, maka kamu pun wajib mengenali sekaligus memahami karakter audiens. Bisa jadi dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.
Kenapa sih mesti begitu? Coba bayangkan kamu hendak menjual produk makanan ringan kekinian untuk anak muda. Tanpa memahami karakteristik target market, kemungkinan besar kamu bisa salah memilih kata dalam membuat copywriting lho.
Tidak mungkin kan kamu membuat kalimat yang terkesan kaku untuk anak muda? Kamu butuh tahu istilah kekinian apa sih yang kerap anak muda lontarkan. Bahkan, kamu harus mengerti hal-hal apa saja sih yang memantik rasa ingin tahu anak muda belakangan ini.
4. Buat headline menarik
Headline menjadi hal pertama yang dibaca audiens. Oleh sebab itu, keberadaannya sangat penting dalam beberapa detik pertama. Tanpa headline menarik, audiens cenderung tidak akan melanjutkan membaca copywriting.
Headline juga sebaiknya memuat apa yang jadi masalah audiens. Tidak harus panjang, yang penting langsung mengena. Contohnya seperti kalimat headline berikut: Bosan Kena Macet di Jalan? Mending Baca Ini Aja!
Trik dalam membuat headline antara lain sebagai berikut:
- The useful headline, biasanya dalam bentuk “Gimana Caranya…”
- A curiosity builder, bisanya memuat elemen penggoda yang menggelitik audiens
- The urgent headline, misalnya penggunaan kata tanya “Kenapa,” “Kenapa Harus,” dan lain-lain
- The news hack, dapat berupa memanfaatkan sesuatu yang tengah populer
5. Berikan kejelasan secara ringkas
Sebisa mungkin copywriting tidak bertele-tele alias kepanjangan. Oleh sebab itu, penting buat kamu belajar membuat copywriting secara ringkas dan jelas. Anggap saja kamu tengah bicara di depan audiens langsung, tentunya kamu tidak mungkin melontarkan ucapan yang terlalu panjang kan?
Poin penting lainnya, sebuah copywriting mesti spesifik. Orang harus tahu apa yang hendak copywriting itu utarakan. Spesifik, ringkas, dan jelas mempermudah audiens untuk memahami atau bahkan melakukan tindakan.
Ini jugalah yang menjadi tantangan bagi para copywriter. Kemampuan menulis kata-kata secara ringkas dan menarik memang butuh jam terbang tinggi.
6. Berikan bukti
Dalam beberapa bentuk copywriting, melampirkan bukti dalam sebuah konten dapat memperbesar peluang audiens untuk percaya. Salah satu poin terpenting dalam persuasif adalah pemberian bukti kepada audiens.
Social proofs semacam ini dapat berasal dari banyak sumber. Misalnya, testimoni, endorse, ulasan, dan lain-lain. Jika ingin membangun kedekatan dengan audiens, keberadaan social proofs ini penting lho.
7. Tulislah dengan rima
Permainan rima menjadi cara ampuh untuk memikat hati audiens. Saat belajar membuat copywriting, sebisa mungkin gunakan berbagai rima jika perlu. Penggunaan rima dapat membikin copywriting menjadi lebih cantik dan mudah orang ingat.
Ini nih salah satu contoh copywriting dengan rima dari sebuah brand:
Gabung Bikin Untung!
Pengiriman Instan,
Ongkirnya Gratisan.
Mulai kebayang kan gimana dahsyatnya sebuah rima dalam mempermanis copywriting? Oleh sebab itu, pemakaian rima sangat perlu dilakukan jika ingin menarik perhatian audiens sejak awal.
Baca Juga: Ini Loh Prospek Jenjang Karier Copywriter buat Kamu si Kreatif
Tips belajar copywriting
Tertarik belajar copywriting sebagai pemula? Teman Belajar bisa lho mengambil mini bootcamp copywriting yang ada di Belajar Lagi. Pilihan kursus digital marketing lainnya juga bisa rutin kamu cek di media sosial Belajar Lagi ya.
Namun, tidak ada salahnya juga kamu pelajari dulu beberapa tips copywriting yang Tim Belajar Lagi ambil dari Yoast. Semoga tips-tips ini bisa jadi bekal buatmu belajar:
1. Tentukan masalah
Ingat, copywriting bukan hanya menjadi media untuk “menghipnotis” audiens agar melakukan tindakan pembelian. Tujuan paling penting dari copywriting juga meliputi penyelesaian masalah audiens. Maka sebelum mulai menyusun copywriting, cek dan tentukan kembali apa sih masalah yang hendak kamu selesaikan?
Dengan mau memahami masalah audiens, kamu akan lebih mudah membuat copywriting yang relevan buat mereka. Nantinya masalah audiens tersebut juga akan menjadi pondasi kuat untuk menarik perhatian audiens sejak awal. Kepedulian akan audiens juga membikin copywriting-mu nantinya lebih menonjolkan empati daripada sekadar berjualan.
2. Apa dampak tulisanmu ke audiens
Dalam belajar copywriting, pikirkan juga dampak tulisanmu ke target market. Pikiran, apakah masalah mereka bisa selesai dengan rangkaian kata-katamu? Atau justru apa yang kamu tulis malah terkesan abstrak sehingga sulit dipahami?
Mari sejenak kembali ke prinsip copywriting sebelumnya. Disebutkan bahwa kita mesti mengenal karakteristik audiens. Nah, jadikan ini kekuatan untuk memberi dampak ke audiens.
Katakanlah kamu hendak menyusun copywriting dengan audiens anak generasi Z. Karakteristik audiens adalah suka kebebasan dan tidak suka digurui. Alih-alih membuat tulisan yang hanya memotivasi, kamu bisa membungkus copywriting dengan balutan humor yang menyenangkan.
Masukkan value penting dalam humor tersebut, maka konten copywriting-mu tidak lagi hanya sekadar bahan bercanda semata. Copywriting-mu bukan hanya disukai audiens, tetapi nantinya berdampak ke mereka.
3. Gunakan kalimat pendek
Sekali lagi, ingat aturan umum dalam copywriting ini: pilihlah kalimat pendek, bahkan seringkas mungkin. Mungkin awalnya terasa sulit, apalagi jika kamu terbiasa menulis konten panjang. Namun, kamu bisa belajar pelan-pelan kok untuk membuat copywriting pendek.
Coba tuliskan kalimat panjang yang hendak kamu jadikan copywriting. Baca keras-keras dan resapi kembali kalimat tersebut. Biasanya nanti kamu akan menemukan kata-kata yang sifatnya boros dan bisa kamu hapus.
Setelah kamu sunting kalimat tadi, baca dan resapi kembali. Lakukan ini berkali-kali sampai akhirnya kamu menemukan kalimat lebih pendek, efektif, sekaligus mengena ke audiens. Coba juga percantik copywriting dengan permainan rima agar lebih menarik untuk didengar.
Copywriting harus mengena ke audiens sejak awal sehingga mereka akan penasaran. Kamu harus punya kreativitas untuk memancing pengguna menemukan info yang mereka perlukan tanpa merasa kebingungan.
4. Gunakan kata yang membangun pikiran
Berbeda dengan menulis novel, copywriting lebih banyak membutuhkan kelugasan yang sifatnya deskriptif sekaligus persuasif. Pemilihan kata yang tepat dapat “menghidupkan” copywriting sehingga membangun kesadaran audiens.
Contohnya seperti ini:
Ngapain capek panas-panasan di jalan,
kalau order makan aja bisa sambil rebahan.
Perhatikan bahwa pemilihan kata dalam copywriting tadi lugas dan deskriptif. Kondisi kontradiktif antara “panas-panasan” dan “rebahan” akan otomatis membangun kesadaran audiens dalam menentukan pilihan. Alih-alih membeli makanan sendiri, tentu jauh lebih nyaman dan praktis dengan pesan makanan.
Bagaimana? Sampai di sini mulai jelas kan langkah menyusun copywriting yang lebih efektif. Dan makin paham juga betapa asyiknya menyusun kata-kata dalam copywriting!
5. Buat mind mapping
Ada kalanya kamu butuh mind mapping alias kerangka berpikir sebelum menyusun copywriting. Mind mapping ini kesannya agak ribet, tetapi sebetulnya sangat berguna. Apalagi untuk para pemula yang kadang tidak punya ide untuk memulai tulisan.
Mind mapping dapat kamu mulai dengan memetakan masalah-masalah audiens. Masalah mana yang akan jadi tujuan dalam penulisan copywriting. Sebisa mungkin pilih satu masalah besar agar copywriting-mu lebih fokus dan jelas.
Selanjutnya, pikirkan celah untuk berinteraksi dengan audiens. Kamu akan menyusun copywriting dengan cara seperti apa. Misalnya, bentuk pantun (semacam memanfaatkan rima), storytelling ringkas, dan lain-lain. Dalam menentukan ini, yang kamu butuhkan adalah memahami kesukaan audiens.
Saat sudah menentukan bentuk copywriting, mulailah menyusun kerangkanya. Mulai dari headline, penawaran, alasan, hingga CTA. Adanya kerangka ini akan lebih memudahkanmu dalam memilih kata sekaligus menyusun copywriting hingga akhir.
6. Hindari ketakutan dalam menulis
Seperti yang sudah kamu ketahui sebelumnya, ketakutan dalam menulis adalah tantangan terbesar para copywriter. Bahkan, ada kalanya mind mapping yang telah disusun malah membuat proses penyusunan copywriting menjadi terhenti. Penyebabnya adalah ragu harus memulai dengan kalimat seperti apa.
Kesulitan memulai rangkaian kata memang sangat wajar terjadi. Apalagi jika kamu overthinking duluan, terlalu memikirkan benar atau tidaknya tulisanmu. Percayalah, terlalu lama terjebak dalam hal ini hanya akan membuatmu makin tidak percaya diri.
Untuk mengurangi keraguan, biasakan untuk mulai saja menulis. Apa saja yang muncul di kepalamu, tulislah terlebih dahulu. Keluarkan semua, meski kamu tahu itu tidak terlalu bagus.
Akan selalu ada waktu untuk menyunting copywriting. Maka, sebisa mungkin hindari pengeditan selama penulisan. Kamu tidak harus menghasilkan copywriting yang langsung bagus saat pertama kali mencoba kok.
7. Copywriting Mesti “Menjual”
Karena sifatnya persuasif, maka sebuah copywriting juga harus terkesan “menjual” sesuatu ke audiens. Kamu bebas memilih metode hard selling ataupun soft selling. Apakah kamu sudah tahu bedanya?
Contoh hard selling:
Hanya hari ini!
Beli satu gratis satu!
Contoh soft selling:
Ngapain capek panas-panasan di jalan,
kalau order makan aja bisa sambil rebahan.
Mana hari ini lagi banyak diskonan!
Hard selling lebih to the point ke tujuan, sementara soft selling membawa audiens ke tujuan dengan cara lebih “lembut.” Penggunaan kedua bentuk metode tersebut sangat bergantung pada tujuan copywriting. Kalau butuh urgensi tinggi, mungkin pemakaian hard selling lebih tepat.
Namun, akhir-akhir tidak semua orang menyukai hard selling. Jadi, coba juga untuk belajar mengulik copywriting yang sifatnya lebih soft selling ya.
Baca Juga: Fungsi, Cara Menyusun, dan Contoh Portofolio Copywriter
Rekomendasi kursus belajar copywriting
Setelah kamu mempelajari dasar-dasar serta beberapa tips copywriting, kamu bisa nih mulai memilih tempat belajar yang tepat. Sebenarnya belajar otodidak tidak ada salahnya, namun biasanya kurang efektif. Mengikuti kursus dapat membantumu mempelajari copywriting lebih komprehensif dan mendalam.
Berikut ini beberapa rekomendasi kursus belajar copywriting yang bisa kamu lakukan secara daring. Cek deh mana yang paling cocok buatmu!
1. Success Works Copywriting Course
Kursus copywriting online ini berfokus pada pembuatan tulisan untuk media sosial dan website. Kurikulum di dalamnya termasuk riset kata kunci, pemakaian kata kunci dalam copywriting, pelatihan membuat kalimat persuasif, dan lain-lain.
Selain itu, Success Works juga cocok untuk kamu yang tidak hanya tertarik belajar copywriting, melainkan juga SEO copywriting. Pasalnya, kursus ini diinisiasi oleh Heather Llyod-Martin, sosok pioneer dalam SEO copywriting versi Forbes.
2. The Creative Copywriter Academy
Kursus copywriting selanjutnya ini sangat cocok untuk para pemula. TCC Academy akan memberi kurikulum copywriting mulai dari dasar-dasar yang mudah untuk diikuti. Mulai dari perkenalan akan dasar pemasaran, tujuan konten pemasaran, hingga cara memulai copywriting.
Nantinya ada juga kurikulum lanjutan yang mengajak peserta untuk mempelajari copywriting ke tingkat lebih tinggi. Kursus dari TCC Academy ini juga disebut-sebut cocok untuk orang yang tertarik bekerja sebagai freelance copywriter.
Salah satu keunggulan dari kursus ini adalah menyediakan akses bagi peserta untuk berkoneksi ke pengajar. Bisa jadi banyak peluang karier muncul setelah ikut kursus ini.
3. The Blackford Centre
Nah, kalau kursus copywriting ini lebih cocok untuk orang yang ingin belajar langsung dari ahlinya. Ya, The Blackford Centre menyediakan tutor berpengalaman yang sudah banyak terjun langsung dalam dunia copywriting. Bahkan, peserta dapat belajar dari real case, bukan sekadar teori.
Kursus ini juga memberikan tugas yang berbeda-beda ke setiap peserta pada tiap sesinya. Dengan begitu, teori atau ilmu yang didapatkan pun dapat langsung peserta praktikkan.
Kelebihan dari kursus ini adalah sifatnya yang amat fleksibel. Peserta boleh menentukan jam belajar sendiri. Dan tentunya ada sertifikasi yang bermanfaat buat peserta.
4. Sell Like Hell
Hampir sama seperti Success Works, kursus Sell Like Hell juga dipelopori oleh copywriter berpengalaman: Carmine MasterPierro. Keunikan dari kursus ini ada pada prinsip bekerja secara cerdas, bukan keras. Artinya, pelatihan copywriting ini bertujuan untuk membantu meningkatkan penjualan produk.
Secara umum, kursus ini lebih relevan ke copywriter profesional yang sudah punya beberapa pengalaman dalam membuat konten penjualan. Apalagi fokusnya memang lebih ke keuntungan.
Hanya saja, teknik ataupun trik dalam copywriting memang kurang banyak bicara di kursus ini. Maka, Sell Like Hell memang agak kurang cocok untuk pemula.
5. Mini Bootcamp Copywriting Belajar Lagi
Terus, Belajar Lagi juga punya mini bootcamp copywriting. Meski namanya mini bootcamp, materi dan kurikulumnya tetap padat kok. Kamu bisa belajar copywriting mulai dari paling dasar dan tentunya ada tugas yang bisa mengasah keterampilanmu selama belajar.
Kalau kamu tertarik mendalami copywriting, sangat cocok buat ikut kelas ini deh. Benefitnya juga beragam. Mulai dari teaching assistant, assignment feedback, networking session, hingga lifetime recording access. Menarik banget kan?
Yuk, ikutan daftar kelas di Belajar Lagi sekarang!
Kesimpulan
Pada dasarnya, copywriting berbeda dengan content writing. Ciri utama dari copywriting adalah sifatnya yang deskriptif serta persuasif. Jadi, kemampuan menulis dalam copywriting tidak hanya jago merangkai kata, melainkan membuat kalimat yang menarik.
Sebelum belajar copywriting, ada baiknya kamu pahami dulu prinsip-prinsip penting di dalamnya. Misalnya, memahami masalah dan karakter audiens. Latihlah diri untuk membuat kalimat pendek yang terdengar menarik tanpa perlu bertele-tele. Ingat, copywriting haruslah ringkas.
Jika ragu dalam menyusun copywriting, mulailah dengan membuat mind mapping. Ini akan membantumu dalam merangkai konsep copywriting agar tetap terstruktur. Selain itu, biasakan untuk tidak melakukan pengeditan tulisan ketika sedang menulis.
Terakhir, ingat juga bahwa copywriting harus terkesan “menjual.” Kamu dapat memakai metode hard selling ataupun soft selling dalam menulis copywriting. Kedua metode tersebut sangat bergantung pada tujuan utama pembuatan konten.
Sebagai pemula, kamu dapat melatih dan mendalami seputar copywriting dengan mengikuti kursus online. Belajar copywriting langsung dari ahlinya dapat membantumu lebih memahami atau bahkan terjun langsung untuk praktik.