Design Thinking: Pengertian dan Contoh di Berbagai Pekerjaan

Jessica Dima
8 Min Read
Published:
April 25, 2025
Updated:
April 25, 2025

Contoh dari design thinking itu apa saja, sih? Kita mungkin sering mendengar tentang istilah design thinking, tetapi belum memahami artinya secara menyeluruh. Sejatinya design thinking merupakan salah satu elemen penting dalam bekerja, bahkan hampir setiap pekerjaan membutukan ini.

Dalam bekerja, pasti selalu muncul masalah yang mesti kita cari jalan keluarnya. Dengan terbiasa melakukan design thinking, kita terbiasa untuk mencari solusi kreatif dari masalah. Jadi, bukan sekadar problem solving semata.

Lantas, apa sih sebenarnya design thinking dan contoh penerapan dari hal tersebut seperti apa? Berikut artikel yang akan menjelaskan serba-serbi design thinking, mulai dari definisi, elemen, sampai contohnya. Yuk, pelajari bersama-sama!

Pengertian design thinking

Sebelum bicara mengenai contoh design thinking, ada baiknya kita memahami dulu apa definisinya secara mendalam.

Menurut Harvard Business Review, design thinking adalah pola pikir sekaligus pendekatan terhadap pemecahan masalah dengan inovasi kreatif yang berdasarkan desain yang berpusat pada manusia. Kata kunci penting dalam definisi tersebut adalah inovasi dan kreatif. Dua hal inilah yang membedakan design thinking dengan problem solving.

Perlu kita pahami pula bahwa design thinking sendiri juga berbeda dengan proses perumusan ide kreatif. Design thinking sederhananya berbasis pada solusi dan berpusat ke pengguna, bukan berbasis ke masalahnya. Solusi dari hasil design thinking semestinya berdampak baik ke pengguna.

Katakanlah sebuah perusahaan mengalami masalah ketika para karyawan kesulitan melalui transisi dari bekerja di kantor ke bekerja jarak jauh. Metode design thinking akan mendorong perusahaan berfokus ke karyawan. Bagaimana cara melibatkan karyawan dalam bekerja secara lebih nyaman tanpa perlu mengalami burnout.

Maka, esensi dari design thinking adalah berpusat pada manusia dan ke pengguna. Beberapa contoh pertanyaan yang bisa muncul dari proses pemikiran ini misalnya: “Siapa yang akan memakai produk ini?”, “Bagaimana solusi ini akan memengaruhi kepuasan pengguna?”, dan sejenisnya.

Menemukan solusi lebih berdampak merupakan tujuan penting dari design thinking. Bagaimana kita bisa menempatkan posisi di kesulitan pengguna adalah kunci pentingnya. Nanti kita akan membahas elemen apa saja yang ada pada design thinking agar lebih mudah memahaminya.

Alasan harus memahami design thinking

Nilai utama dalam design thinking adalah menawarkan suatu proses pasti untuk sebuah inovasi. Kita bisa melakukan uji coba untuk memutuskan solusi mana yang terbaik dari masalah. Namun, hal tersebut sangat memakan waktu dan energi sehingga muncullah metode design thinking.

Dengan memiliki pemikiran akan langkah-langkah konkret dari sebuah desain, kita menjadi punya cara lebih efisien untuk mengembangkan solusi baru yang kreatif. Design thinking memungkinkan perusahaan mengambil kebijakan lebih strategis, cepat, dan tepat.

Selain itu, terbiasa menggunakan metode design thinking dalam bekerja akan berdampak pula ke perkembangan karier. Kita jadi punya playground menyenangkan saat bekerja yang juga mendorong kemajuan diri. Bahkan, makin banyak pekerjaan mengandalkan design thinking dalam membantu penyelesaian masalah.

Pekerjaan yang butuh design thinking contohnya:

  • Manajer pemasaran
  • Teknisi
  • Desainer grafis
  • Pengembang software
  • Analis manajemen
  • Manajer sistem informasi
  • Manajer HR
  • Dokter

Seseorang dengan design thinking yang baik berpotensi memiliki perkembangan karier yang lebih cepat. Bisa juga membuka peluang untuk melompat dari industri satu ke industri lainnya.

Intinya, jika kita ingin berkembang dalam hal karier, mempelajari dan menerapkan design thinking adalah hal penting. Selanjutnya, kita akan mempelajari tahapan apa saja yang kita perlukan dalam design thinking tersebut.

Baca juga: 12+ Karakteristik Critical Thinking yang Harus Diketahui

Elemen dan tahap design thinking

Bagaimana cara memulai proses berpikir dengan design thinking? Untuk menjawabnya, kita harus mencermati dan memahami dulu apa saja elemen yang terkandung dalam design thinking.

Dengan menempatkan pengguna sebagai prioritas utama, design thinking mesti memuat unsur empathise, define, ideate, prototype, dan test. Kelima elemen atau tahapan tersebut akan memegang peranan penting terciptanya solusi kreatif dan inovatif bagi pengguna.

Empathise

Berempati artinya memahami kesulitan dan kebutuhan pengguna melalui serangkaian observasi tertentu. Elemen empati menjadi penting guna menghindari asumsi kita saat ingin memahami masalah pengguna. Dengan berpusat pada kebutuhan pengguna, kita memperoleh wawasan yang lebih tepat tentang masalah yang ada.

Pada tahapan ini, kita memerlukan banyak informasi yang harus dikumpulkan dalam rentang waktu tertentu. Informasi tersebut juga akan bermanfaat untuk tahap-tahap design thinking berikutnya.

Yang mesti kita cermati adalah tujuan utama dari berempati ini. Melalui empati, kita diharapkan menumbuhkan pemahaman tentang pengguna. Mulai dari kebutuhan hingga masalah yang biasa mereka alami sehingga nantinya pengembangan layanan atau produk kita akan relevan ke mereka.

Define

Pada tahap atau elemen selanjutnya, kita mulai mendefinisikan kebutuhan dan masalah pengguna secara jelas. Informasi yang sebelumnya kita dapatkan dari tahap empati akan mempermudah kita dalam merumuskan kebutuhan utama pengguna.

Pada tahap ini, kita bersama tim bisa mulai eksplorasi ide-ide kreatif untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi. Guna tetap melibatkan pengguna, kita bisa mengajak pengguna untuk berdiskusi mengenai ide kreatif yang bisa kita terapkan.

Agar tidak sekadar problem solving, tahap define ini harus tetap berpatokan dan berpusat ke pengguna. Intinya, setiap ide yang ada memang benar-benar berbasis pada informasi pada tahap sebelumnya.

Ideate

Tahap selanjutnya ini mengajak kita untuk menantang atau melawan asumsi sekaligus menghasilkan ide inovatif. Setelah eksplorasi banyak ide bersama, kita bisa melalui tahap ideate ini dengan brainstorming lebih mendalam. Teknik ini dapat memperluas pemikiran yang berpusat pada masalah pengguna.

Sama halnya seperti define, proses  ideate atau perumusan ide inovatif tidak boleh berdasarkan asumsi. Pondasi dari pengembangan ide adalah kebutuhan pengguna.

Prototype

Pada fase ini, kita akan mulai membuat versi produk berskala kecil sebagai solusi utama dari masalah. Prototype ini biasanya merupakan produk yang dirancang hemat dari segi biaya. Nantinya akan melihat dan mengevaluasi apakah solusi inovatif tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan pengguna.

Evaluasi biasanya dilakukan dengan sistematis. Setiap solusi juga diselidiki, ditingkatkan, atau bahkan ada yang ditolak. Tujuannya untuk menyempurnakan desain sesuai umpan balik dari pengguna.

Test

Elemen terakhir pada design thinking merupakan proses pengujian menyeluruh terhadap keseluruhan produk yang diidentifikasi pada tahap prototype. Meski tahap akhir, bagian test ini biasanya memerlukan pendekatan berulang. Bahkan, tidak jarang pula tahap ini akan membawa kita kembali pada langkah awal jika menemukan masalah tambahan.

Penyempurnaan tahap akhir memang ada tantangannya sendiri. Oleh sebab itu, metode design thinking yang kita miliki harus kuat.

Baca juga: Creative Thinking vs Critical Thinking

Contoh design thinking pada pekerjaan

Contoh design thinking

Lalu, bagaimana penerapan atau contoh design thinking pada pekerjaan sehari-hari. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, metode ini cocok untuk berbagai profesi di banyak bidang industri. Berikut beberapa contoh design thinking yang bisa kita pelajari:

Marketing

Sebuah layanan konseling mengalami kesulitan untuk menggaet para pengguna baru. Tim marketing berusaha mencari tahu penyebabnya dengan mengumpulkan data pada audiens di media sosial.

Dari data didapat bahwa calon pengguna baru merasa sulit dalam mengikuti alur pendaftaran konseling. Prosesnya berbelit dan kadang mengalami trouble saat hendak mendaftar. Dari situ, tim marketing berkoordinasi dengan tim IT untuk mengkaji ulang sistem yang ada.

Berkaca dari masalah calon pengguna baru, tim IT berupaya membuat sistem lebih user-friendly. Terutama dalam alur dan proses pendaftaran bagi orang yang pertama kali berkunjung ke website.

Desain grafis

Sebuah perusahaan pembuat sepatu mengalami penurunan penjualan dalam setahun terakhir. Dari hasil survei, didapat bahwa para pengguna mulai bosan dengan model sepatu perusahaan tersebut. Mereka butuh desain sepatu yang lebih simpel dan cocok dengan kepribadian mereka.

Berangkat dari empati ke pengguna, tim desain grafis lantas berupaya melakukan rebranding dengan mengenalkan konsep dan logo yang baru. Dengan logo baru tersebut, harapannya para pelanggan kembali bisa terkoneksi ke brand.

Business development

Sebuah perusahaan percetakan kemasan merasa sulit dalam memperoleh pebisnis UMKM baru. Setelah melakukan observasi, salah satu alasan terbesar mengapa para pelaku bisnis enggan memesan packaging ke perusahaan tersebut adalah keterbatasan dana. Minimum order kemasan pada perusahaan tersebut dianggap terlalu tinggi sehingga tidak ramah bagi UMKM.

Dari pemahaman akan masalah pebisnis UMKM tersebut, perusahaan kemudian mengupayakan menerima pesanan kemasan dengan minimum order lebih sedikit. Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan opsi cetak kemasan secara digital. Dengan harga yang lebih murah, harapannya cara tersebut bisa membantu UMKM untuk memperoleh kemasan produk yang lebih cantik.

HR

Area pekerjaan seperti HR juga tidak bisa lepas dari design thinking. Jika ada kasus tingginya turnover di perusahaan, HR mesti mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya. HR butuh menempatkan diri di posisi karyawan untuk bisa memahaminya.

Alasannya beragam, mulai dari budaya kerja tidak sehat, sulitnya promosi, dan lain-lain. Dari hal tersebut, HR bisa menyediakan program dan layanan yang lebih baik bagi karyawan.

Sales

Design thinking juga berguna dalam pekerjaan sales. Untuk mengatasi masalah penurunan penjualan, sales bisa melakukan riset ulang terkait kebiasaan baru pelanggan.

Misalnya, produk makanan ringan biskuit yang biasanya digemari orang dewasa kini mulai sepi peminat. Setelah mencari tahu kebutuhan pelanggan, ternyata sekarang banyak orang beralih ke camilan sehat sebagai gaya hidup baru. Berdasarkan kebutuhan ini, sales bisa menyampaikan ke tim di perusahaan untuk mempertimbangkan produksi camilan sehat.

Baca Juga: Apa Itu Analytical Thinking? Ketahui Contoh dan Cara Melatihnya!

Dengan menerapkan design thinking, kita pun bisa lebih berkembang dalam meniti karier pada jenis profesi apa pun. Selain itu, mengembangkan potensi dalam karier bisa juga kita dapatkan dari ikut pelatihan ataupun sertifikasi profesional.

Nah, CertiHub by Belajarlagi menyediakan program sertifikasi profesional yang sudah terstandarisasi, baik secara nasional maupun internasional. Program sertifikasinya beragam. Mulai dari Microsoft Certified Educator, Microsoft Office Specialist, Meta Digital Marketing Associate, dan PMI Project Management Ready.

Dengan mengikuti CertiHub ini, kita bisa meningkatkan kredibilitas dalam pekerjaan. Bahkan, membuka peluang untuk menaikkan karier ke jenjang lebih tinggi. Yuk, persiapkan diri kita untuk terus berkembang mulai dari sekarang!

Untuk informasi lebih lengkap mengenai CertiHub, bisa cek langsung di website Belajarlagi, ya!

Tips menerapkan design thinking

Bagaimana cara menerapkan design thinking dengan tepat? Berdasarkan elemen penyusun dari design thinking, berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan:

  • Benar-benar memahami kebutuhan dan masalah pengguna. Ingat, tahap awal dari design thinking adalah berempati ke pengguna. Hanya dengan mencermati dan memahami ini, kita baru bisa menerapkan design thinking dengan tepat.
  • Deskripsikan masalah dengan jelas dan ringkas. Dari masalah-masalah yang ada, biasanya ada kemiripan satu sama lain. Kita mesti jeli untuk menghubungkan semuanya menjadi satu atau dua kalimat masalah yang ringkas. Inilah yang akan jadi fokus kita.
  • Buat ide-ide berdasarkan masalah. Dalam proses design thinking, ide tidak hanya muncul satu. Munculkan ide-ide kreatif yang dengan tetap berpedoman pada masalah pelanggan.
  • Eksekusi prototipe dan evaluasi. Ide yang terpilih harus kita buat prototipenya, lalu ajukan ke pengguna. Dari situ, kita bisa tahu efektif atau tidaknya implementasi ide yang kita buat.
  • Terima masukan pengguna. Bagaimana pun juga, penggunalah yang akan memakai produk atau layanan. Maka, masukan atau kritik dari pengguna sangat berarti untuk kembali mengembangkan ide agar makin inovatif dan solutif.

Baca Juga: Apa Itu Literasi Digital dan Apa Saja Tantangan yang Dihadapi?

Semoga pembahasan mengenai design thinking beserta beberapa contoh tadi dapat memperluas wawasan kita. Jangan lupa terus perlengkapi diri agar bisa makin profesional dan kredibel dalam berkarier, ya!

#
Personal Development
Belajarlagi author:

Jessica Dima

Freelance SEO content writer yang 5+ berpengalaman menulis artikel dengan berbagai topik: pekerjaan, gaya hidup, edukasi, dan kesehatan mental. Selain SEO, ia mempunyai passion khusus pada storytelling.

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Topik apa yang paling menarik untuk anda?
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.