What doesn’t kill you makes you stronger.
Tiada awal pekan baru yang absen dari berita layoff perusahaan berbasis teknologi sepanjang tahun 2022. Lebih dari 20 perusahaan tech company Indonesia melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada perusahaan dalam negeri saja, melainkan juga perusahaan besar dunia. Data layoff.fyi mencatat sebanyak 143.507 karyawan yang terdampak PHK massal dari 910 perusahaan teknologi per 4 Desember 2022 dari seluruh dunia.
Beragam alasan diutarakan para ahli, praktisi, maupun akademisi dalam melihat fenomena yang kerap disebut sebagai tech winter ini. Mulai dari efisiensi, ketegangan geopolitik, dampak pandemi, lesunya ekonomi dunia, hingga senjakala startup digital.
Bagaimana jika melihat fenomena ini dari kacamata karyawan yang terdampak?
Situasi yang sulit, sedih tak berujung, dan menyesakkan ketika informasi PHK sampai di telinga terkadang membuat bingung. Hal tersebut sering terjadi dan merupakan reaksi yang manusiawi, kok. Tapi, kita perlu mengingat bahwa PHK juga jadi bagian penting dari sebuah perjalanan karir. Jika bisa memanfaatkan momentum dengan baik, mengubah pola pikir, sebuah kenormalan baru bisa jadi titik balik untuk membangun karier.
Ini adalah catatan diskusi bersama Vicario Reinaldo, salah seorang instructor di Belajarlagi dalam sesi free class berjudul How to Thrive After Layoff?
Meski kondisi PHK massal jadi gelombang yang belum kunjung henti, semoga catatan ini bisa membantu agar masa transisi jadi lebih ringan untuk dijalani.
Kunci untuk tetap bertahan dan berkembang setelah PHK adalah menghadapi emosi yang dirasakan, membuat rencana, juga mengambil tindakan. Yuk, kita baca satu per satu!
1. Feel the feeling
Langkah awal seperti apa yang perlu diambil untuk bertahan setelah terkena PHK? Menurut psychologytoday penting banget untuk merasakan emosi-emosi dengan sadar setelah mengetahui keadaan tak berjalan sesuai keinginan. Meskipun sebenarnya kesadaran orang-orang menanggapi duka punya cara dan waktu yang berbeda-beda, tidak semua perasaan sedih harus dihindari.
Kenalan sama beragam jenis emosi
Apa yang kamu rasain hari ini? Coba urai dan identifikasi emosi mu saat ini untuk dapat memilih langkah baik kedepannya. Mengetahui apa emosi yang dirasa secara spesifik dapat membantumu mengenali value diri yang selama ini belum kamu ketahui loh.
Menyadari diri untuk mengelola emosi tidak hanya berguna untuk mendapatkan pekerjaan saja, melainkan juga mengesampingkan perasaan-perasaan negatif dan meletakkannya pada situasi dan kondisi yang tepat. Tuliskan secara spesifik dalam catatan harian kamu.
Membangun kepercayaan diri
Tahukah Teman Belajar, membangun kepercayaan diri setelah terkena PHK dan membayangkan kalau diri kita jadi lebih kuat dari yang sebelumnya bisa menyumbang 90-95 persen keberanian untuk menghadapi realitas kerja ke depannya.
Memupuk kepercayaan diri memberikan perspektif baru untuk memisahkan antara value diri dari kualitas pekerjaan. Menggabungkan value diri dengan kualitas pekerjaan ini kerap dialami saat awal karier. Banyak orang yang beranggapan bahwa keberhasilan individu hanya diukur dari karir yang bagus. Padahal dua hal ini berbeda.
Nyatanya, value diri dibentuk oleh beragam identitas dan peran yang dijalankan. Value diri tidak lantas menjadi buruk lantaran menjadi karyawan yang terkena PHK. Nilai-nilai lain masih tetap melekat menjadikan diri sebagai seorang manusia, sebagai anak, sebagai pasangan, sebagai orang tua, atau bahkan sebagai teman.
Tetapkan tujuan besar jangka panjang
Selain membangun kepercayaan diri dengan memisahkan antara value diri dan kualitas pekerjaan, kamu juga bisa menetapkan tujuan yang lebih besar sebagai alasan untuk tetap bertahan. Meski kecenderungan untuk takut ditolak masih ada, namun kamu juga perlu menetapkan tujuan yang lebih besar.
Tak bisa dipungkiri kalau tujuan yang paling mudah adalah mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Tapi, coba pikirkan tujuan besar yang lebih bernilai seperti membayar biaya pendidikan anak, memberikan sumbangan, atau hal-hal bermanfaat lainnya yang bisa kamu lakukan dalam jangka panjang. Untuk itulah perlu memahami dan menuntaskan perasaan untuk mendapatkan motivasi diri yang lebih besar untuk bergerak.
Ketika memaafkan diri sendiri saja tak cukup, forgive to become peaceful
Akumulasi emosi-emosi negatif selama beredarnya berita PHK ataupun pengalaman pribadi perlu segera diselesaikan. Bagaimana cara menghadapi dan menuntaskanya? Salah satunya adalah dengan memaafkan.
Tujuan dari memaafkan adalah mencapai kedamaian. Ada sebuah buku berjudul “The Buddha and the Badass: The Secret Spiritual of Succeeding at Work” yang ditulis oleh Vishen Lakhiani mengatakan tak jarang bahwa kita menghendaki sebuah situasi “bodo amat” terhadap perkataan orang lain agar merasakan kedamaian. Memasuki mode bodo amat karena kondisi di luar diri kita bukan lantas menjadikan kita sebagai robot, namu bisa dimaknai sebagai sikap toleran terhadap trigger-trigger tentang PHK, meskipun dalam prosesnya membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk memaafkan.
Dengan maraknya isu kesehatan mental saat ini, salah satu hal yang ditekankan oleh praktisi psikologi untuk meredam emosi-emosi negatif adalah dengan memaafkan, self love. Namun, memaafkan diri sendiri saja tak cukup untuk mendapatkan kedamaian yang utuh, atau meminjam istilah Vishen adalah kondisi “unfuckwithable.” Ada dua aspek lain yang ternyata perlu dimaafkan untuk menggenapi kondisi damai, yaitu dengan memaafkan keadaan dan memaafkan orang lain yang menciptakan kondisi tersebut. Dengan begitu, perasaanmu bisa jadi lebih netral dan tidak penuh dengan emosi-emosi negatif yang selama ini bercokol di dalam hati.
2. Decide your priority
Sebenarnya, banyak sekali kemungkinan yang bisa kamu dapatkan setelah terkena PHK. Namun yang sering terjadi pasca PHK adalah dominasi scarcity mindset, yakni kondisi dimana individu mengalami krisis dan ingin segera keluar dari kondisi tersebut tanpa menyusun prioritas. Pertanyaan yang kemudian muncul untuk menghadapi konteks ini adalah, perlu gak sih langsung daftar dan dapat kerjaan setelah ini?
Jawabannya bisa jadi “Iya, dan butuh segera” karena berbagai hal yang melatarbelakanginya. Namun, kondisi pasca PHK juga bisa menciptakan kesempatan lain. Coba tulis what matters most and why untuk mengurai benang kusut yang memenuhi isi pikiran untuk menentukan langkah selanjutnya yang lebih tepat.
· Rehat dari segala aktifitas pekerjaan yang selama ini jadi rutinitas sehari-hari dan beralih mengerjakan hobi atau mencoba hal-hal baru yang selama ini hanya sebatas keinginan.
· Meluangkan waktu untuk keluarga dan orang-orang terdekat.
· Merencanakan dan mempersiapkan strategi karir yang baru. Hal ini perlu menjadi trigger kita untuk terus maju dan memperluas zona nyaman dari pekerjaan yang sebelumnya.
· Go on job hunting kalau memang kondisinya mendesak.
· Pursue our risky bets. Jangan-jangan kondisi ini jadi jalan keluar kamu untuk mengambil resiko lain yang selama ini kamu impikan selain jadi karyawan. Misalnya saja putar haluan jadi pengusaha atau pekebun organik?
Menentukan ulang prioritas bekerja penting buat siapapun. Momen akhir tahun bisa jadi ajang refleksi untuk menentukan kembali orientasi hidup yang ingin dicapai pada tahun mendatang. Kamu sudah kepikiran pengen ngapain aja tahun depan? So, you do you and take other people’s opinion as the consideration.
3. Become a smart candidate
Secara praktikal menjadi kandidat karyawan yang pandai dan diinginkan perusahaan setelah terkena PHK adalah langkah yang paling impactfull. Langkah ketiga ini semakin relevan ketika kamu memprioritaskan untuk langsung melamar kerja di tempat lain setelah terkena PHK.
Apakah dengan meng-upgrade CV udah cukup bikin kita jadi kandidat karyawan yang pintar? Meng-upgrade CV barangkali bisa membantu kamu untuk dipilih oleh perusahaan. Tapi, itu sudah umum dilakukan oleh kebanyakan orang. Kita spill cara untuk jadi smart candidate untuk bisa cepat diterima kerja, di sini.
Pandai melihat celah sebagai akses masuk!
Menurut Alex Banayan dalam bukunya yang berjudul “The Third Door: The Wild Quest To Uncover How The World’s Most Successful People Launched Their Careers” ada tiga jenis pintu untuk mengakses pekerjaan baru. Pertama, pintu utama yang dilalui oleh banyak orang. Kedua, pintu VIP yang dilalui oleh orang-orang yang memiliki modal kapital buat bayar. Dan yang ketiga adalah pintu akses para smart candidate yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Pintu akses ketiga hampir tak terlihat ini bisa berupa jendela, loteng, atau bahkan celah kecil anti-mainstream yang berada antara pintu mainstream dan pintu privilege.
Pada konteks pekerjaan, pintu ketiga yang dimaksud oleh Banayan adalah
Reach out to your relevant connections
Coba ingat-ingat lagi siapa saja yang pernah kerja bareng kamu di proyek atau tempat kerja sebelumnya yang bisa kamu kontak. Tunjukin effort kamu untuk melamar pekerjaan baru ke teman kuliah, mantan bos, atau teman satu tim di kantor terdahulu.
Reach out to strangers with job posting
Gak ada salahnya kok buat mengontak orang asing yang mengunggah lowongan kerja melalui LinkedIn atau twitter sekalipun. Kali aja jalan menuju pekerjaan baru harus lewat situ. Tapi, yang perlu diperhatikan dari cara ini adalah pastikan dulu kamu punya sebuah portofolio. Portofolio ini memudahkan recruiter yang membutuhkan posisi yang kamu lamar membaca dan memahami kemampuan kamu. Kalau kamu seorang desainer, kamu punya contoh desain. Kalau kamu seorang engineer, kamu punya contoh kode. Kalau bukan keduanya gimana? Paling tidak kamu bisa nulis artikel, bikin konten, bikin mikroblog, bikin twitter thread, dan banyak hal lainnya. Sebenarnya, mayoritas orang yang ada di media sosial adalah konsumen pasif. Jadi, pergunakan kesempatan ini dengan baik, ya!
Share your portfolio
Bikin konten, nulis di blog, posting hasil desain adalah beberapa cara halal yang wajar untuk menunjukkan karya dan kompetensi kita. Pilih-pilih bagian portofolio yang bisa dibagikan ke orang lain dengan portofolio yang bersifat rahasia, ya!
Kadang tantangan terbesar dari share portfolio ke khalayak umum adalah impostor syndrome alias kurang percaya diri. Tak jarang celetukan semacam “banyak kok yang lebih jago dari aku buat mengisi lowongan tersebut,” justru membatasi diri kita buat maju.
Gak harus jadi abang jago banget atau sudah mencapai level dewa di suatu bidang buat membagikan portofolio. Bayangin aja kamu jadi kakak yang lagi ngajarin adiknya belajar suatu hal lewat tulisan. Saat ini, menulis adalah satu keterampilan yang underrated. Menulis perkenalan diri yang lebih personal di badan email saja bisa jadi point of interest kamu ketika melamar pekerjaan.
Yang perlu kamu yakini adalah, apa yang kamu bagi bisa bermanfaat dan bisa membantu bagi sesama. Berbagi aja dulu, dapat hasilnya kemudian.
Reach out to complete strangers
Last but not least, give thoughtful comments on someone’s post. Ketika kamu mengomentari postingan orang dengan perspektif yang menarik, hal tersebut bisa jadi jembatan awal yang baik untuk membangun hubungan dengan orang asing.
4. Own your story
Ini buat kamu yang mengalami pahitnya gak lulus probation meski baru jadi pegawai seumur jagung. You don’t need to tell that you are impacted. Gak perlu memberikan informasi yang berlebihan kalau gak ditanya. Namun, biasanya para recruiter akan memberikan pertanyaan pancingan semacam, “apa yang bikin kamu meninggalkan organisasi sebelumnya?” Atau, “kenapa pindah padahal tempat kerja sebelumnya udah oke banget?”.
Bagi yang bertanya maupun yang ditanya, sepertinya sudah sama-sama kenyang dengan pertanyaan semacam itu. If you have to, then say this
Jawab pertanyaan tersebut dengan kepala dingin dan sampaikan informasi secukupnya. Kamu juga bisa menambahkan kalimat semacam ini untuk meyakinkan recruiter,
“Nah, berdasarkan pengalaman saya sebelumnya di bidang tersebut, maka di role terbuka saat ini saya bisa add value a,b,c,d. Ditambah dengan pengalaman menghadapi situasi tersebut, saya bisa menghandle stres dengan lebih baik dibandingkan sebelumnya.”
Yang bikin ragu untuk menceritakan alasan gak lulus probation adalah ketika kamu tidak mengetahui keseluruhan storytelling dan cara menyampaikannya.
5. Manage your expectation
Kondisi pasca PHK terkadang gak bisa otomatis dapat kerjaan yang diinginkan. Untuk itu, perlu mengingat hal penting yang jadi prioritas. Kalau prioritas utama saat ini adalah mendapatkan pemasukan tapi terbentur dengan kenyataan bahwa atasan kita kurang kompeten, atau perusahaan yang kurang terkenal, coba cari tahu lebih dalam apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Namun, seringkali kita tergoda dengan idealisme yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan baru mengarah pada pertanyaan-pertanyaan sanksi
“Jangan mau turunin standar pekerjaan lo!”
“Masa mau cuma dapat gaji segitu?”
“Masa mau diatur sama orang yang kurang pengalaman dibanding lo?”
Dan pertanyaan sanksi lainnya yang senada untuk mengorbankan standar pekerjaan ideal. Dengan kemampuan mengatur ekspektasi, kita gak lagi menurunkan standar ideal kok, melainkan menjadikan diri kita semakin dewasa dan paham prioritas kebutuhan dalam kondisi yang tidak ideal. Be clear tentang prioritas dan beri fokus untuk mengembangkan ranah tersebut, ya.
Ketika berada dalam kondisi yang tidak ideal, memikirkan jalan keluarnya secara jernih bisa memberi sudut pandang, pengetahuan, kekuatan, dan inspirasi baru sebagai jalan yang harus dilalui.
6. The last is, focus one step at a time
Terakhir, wejangan khusus buat kamu yang lagi kena PHK dan ketika nanti akan mendapatkan offering. Dari buku “The Power of Regret” kita bisa belajar untuk mengubah pernyataan “seandainya saja” menjadi “setidaknya aku sudah mencoba.” Meskipun terlihat tak ada bedanya, dengan perubahan sudut pandang tersebut kita bisa berfokus pada progres dan usaha-usaha yang sudah dilakukan.
Kata layoff memang bukanlah sebuah diksi yang menyenangkan bagi yang terdampak langsung maupun tidak. Namun, dari pengalaman tersebutlah kita bisa sama-sama belajar kembali untuk menjadi lebih kuat.
Buat kamu yang terdampak, jadikan momentum ini sebagai fase pembelajaran dan jadi titik balik dalam perjalanan karier, ya. Sedangkan buat kamu yang masih bisa bertahan di kerjaan saat ini, semoga tulisan ini bisa jadi perspektif baru atau jadi bahan persiapan untuk menghadapi kemungkinan buruk pada kemudian hari.