Anang Marjono: Anak Teknik Jatuh Hati dengan Konten dan Desain

Belajarlagi Writer
8 Min Read
Published:
February 15, 2023
Updated:
March 11, 2023
“Content isn’t king. It’s the kingdom.” Lee Oden, CEO Toprank Marketing

Ohai, Teman Belajar! Zaman sekarang siapa sih yang gak scroll sosial media untuk mendapat informasi cara bikin desain minimalis, rekomendasi font, atau bahkan cuma cari hiburan dari video berdurasi pendek? Hasil penelitian Pew Research Center menyatakan, kalau mayoritas orang senang mencari informasi tentang hobi dan minat mereka. Di sisi lain, sebanyak 44 persen pengguna internet senang membuat konten dan membagikan pengalaman mereka setelah mencoba sesuatu sejak 2004.

 

Jumlah penikmat dan pembuat konten di internet pun terus bertambah seiring dengan beragamnya sosial media yang digunakan. 

Kenalan dulu, yuk!

Hai, ini kak Anang

Kali ini, cerita datang dari kak Anang Marjono, seorang alumni Fullstack Digital Marketing Belajarlagi Cohort 2 tentang proses belajar dan pindah kerja ke dunia digital marketing. Dari iseng bikin konten hingga punya program sendiri tentang seluk beluk sosial media organik di Belajarlagi. 

Anang, sapaan akrab kak Anang Marjono merupakan alumni Teknik Sipil ITB yang sekarang lagi senang otak-atik sosial media. Konten belajar canva di TikToknya viral modal desain dan storytelling yang apik. Sampai-sampai dia punya julukan baru sebagai Canva Master. Learning by doing and sharing experience adalah semangat hidupnya. Benar gak sih kalau orang lebih senang belajar dari pengalaman? Yuk baca cerita kak Anang sampai tuntas.

Cerita tentang pindah haluan karir, mulai dari sini

Hai Kak Anang! Sedang sibuk berkarya di mana aja?

Halo, enggak sibuk kok. Saat ini aku sering sharing tentang desain pakai aplikasi Canva di TikTok, Linkedin, dan sosial media lainnya. Sempat juga freelance bikin logo di beberapa tempat, dan lagi bikin kurikulum yang komprehensif tentang sosial media organik di Belajarlagi. 

Ini dia creative journeynya konten kreator!

Boleh diceritain tentang journey menjadi desainer grafis dan konten kreator? 

Sebenarnya, aku udah seneng bikin desain sejak SMA. Mulai dari desain presentasi, trial-error desain lain untuk dipelajari. Sampai sekarang pun aku masih belajar, karena aku suka hal tersebut. 

Setelah lulus SMA, aku keterima di jurusan Teknik Sipil berdasarkan rekomendasi guru. Nah, masa-masa kuliah itu ajang eksplorasi digital marketing dengan aktif menangani acara-acara kampus. Aku jadi orang di balik branding acaranya, desain banner dan logo, sampai handle publikasi di sosial media. Semuanya ku pelajari secara otodidak dan praktik langsung.

Untungnya minat di bidang desain ini masih bisa dipakai terus sampai lulus kuliah dan masuk dunia kerja. Tapi, proses belajar itu bakal lengkap kalau learning by doing dan by sharing. Jadi, aku memutuskan untuk sharing ilmu desain yang ku dapat di medium TikTok dan lainnya. 

Gimana caranya kak Anang dapat ide desain atau konten yang brillian?

Ada saatnya kita bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya, itu salah satu cara buat jadi kreatif. Bukan berarti kita menentang kuasa Tuhan, ya. Misalnya aja nih, bisanya bikin UI/UX kan dari aplikasi Figma terus sebenarnya bisa mulai dari rasa kepo tentang kemungkinan yang lain seperti bikin UI/UX dari Canva gitu. 

Bikin hal-hal baru tuh kayaknya jadi konten yang laku kalau di TikTok. Tapi itu kan bukan sesuatu yang bisa ku kasih setiap hari karena  harus nyobain fitur-fiturnya dulu, ngeklik semua tombol dulu buat dapat experiencenya. Butuh waktu buat riset dan inovasi dari aplikasinya sendiri. 

Karena eksplorasi itu malah jadi hal baru yang bisa dicoba. Ternyata bisa loh bikin UI dari Canva. Karena selama ini, banyak orang yang tahu Canva hanya untuk bikin poster aja. Atensi orang di twitter maupun TikTok besar banget saat aku bikin bikin konten yang edukatif atau step by step

Tantangan jadi kreator digital

Tapi kan no one new under the sun. Biasanya siapa yang paling pertama share atau menuliskannya pasti punya keuntungan buat viral atau mudah dihafal oleh orang, punya kekhawatiran kalah saing atau kalah cepat dengan orang lain gak sih, kak?

Ya, sadar juga sih kalau aku bukan satu-satunya. Di TikTok aku kadang merasa seperti itu, aku baru kepikiran ide sedangkan orang lain udah bikin. Tapi, prinsipnya kalau gak jadi lebih baik, ya jadi lebih berbeda aja. Kalau orang lain cuma kasih tau di konten, kita bisa coba kasih tau sekaligus kasih contohnya. Atau bikin persona yang khas di sosial media. 

Aku pernah baca buku The 22 Immutable Laws of Marketing di mana kadang menjadi yang pertama itu memang penting. Di aku keuntungan tersebut aku dapatkan dari twitter, karena belum ada konten kreator yang membahas tentang canva. 

Kak Anang lulus dari Teknik Sipil, sekarang jadi desainer grafis dan konten kreator. Apa pendapatmu tentang kelas digital marketing?

Satu kalimat yang terlintas. “Lah, ini mah yang biasa ku lakukan dari dulu.” Dengan adanya kelas intensif seperti itu bikin sadar kalau belajar digital marketing tuh perlu ada dasar ilmunya. Materi dan kurikulum ternyata bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama belajar sendiri dan mengajari diri sendiri.

 

Aku dapat framework buat belajar hal baru. Maksudku, digital marketing kan banyak cabangnya. Misalnya aja, Customer Relationship Management (CRM) yang tugasnya buat make sure dan nge- treat customer dari tahu sebuah produk sampai bisa jadi loyal customer. 

Aku join kelas digital marketing di Belajarlagi pada Agustus, 2021. Saat itu aku jenuh dengan pekerjaanku di bidang kontraktor. Bekerja sebagai anak teknik sipil membuatku merasa keinginan buat improve hal baru itu stuck, ritme kerja di bidang tersebut butuh waktu lama. Aku ingin belajar hal baru yang dinamis. So, aku memutuskan untuk belajar digital marketing secara menyeluruh.

Gimana kelasnya waktu itu dan apa yang dikumpulin buat final project?

Bahas final project dulu kali ya. Saat di cohort-2,  final project baru dirilis di pertengahan kursus dan satu tim terdiri dari 16 orang buat bantu sebuah UMKM. Kemudian, setiap orang pegang satu project kelas. Jadi, ada yang pegang FB Ads, IG Ads, SEO, landing page, dan lainnya. 

Nah, di project tersebut aku ambil landing page. Aku mendesain landing page buat UMKM makanan sampai jadi. Di kelompokku, semua final project sudah berupa barang jadi, bukan sekadar konsep.  Sejujurnya, aku gak bagus di perencanaan, tapi langsung take action aja.

Kalau pas kelas, aku sangat senang terhadap cara belajar di Belajarlagi. Ada tugas dan final project seperti yang ku ceritakan sebelumnya. Cara tersebut membuatku bisa improve dan dapat experience tentang digital marketing dengan lebih terarah. Serta tentu saja explore sense of design. Karena enjoy dan kepo dengan kelasnya, aku dapet award peserta teraktif. Padahal aktifnya cuma di awal doang, hahahaha

Memulai karir baru di digital marketing

Setelah memutuskan resign dari bidang kontraktor dan memulai karir di bidang digital marketing, sempat ragu gak?

Tentu saja, iya. Tapi, aku berusaha mengatasinya dengan coba aja dulu. Aku menjadikan usaha orang terdekatku dan diriku sendiri sebagai objek eksperimen belajar digital marketing. Prakting running ads, nentuin audience, sampai “jual diri” dengan skill digital buat nerapin teori sosial media yang sudah aku pelajari di kelas. Setelah resign, aku jadi punya waktu lebih buat memahami sosial media. Aku mulai bikin channel youtube, kemudian berkembang ke channel yang lain kayak twitter, instagram,dan TikTok. 

Semua ku niatkan untuk belajar. Belajar menulis copywriting yang oke, bikin konsep dan ide yang cocok buat tiap channel. Syukur nya, respon audiens bagus. Tapi itu bikin aku terus penasaran tentang dunia sosial media. Akhirnya ngide buat daftar sebagai fasilitator di Belajarlagi karena jumlah peserta bertambah drastis di Cohort 4. 

Melihat Belajarlagi dari Dua Sisi

Dari student sampai punya program kelas sendiri di Belajarlagi, gimana tuh ceritanya?

Tekun dan punya inisiatif dulu

Yang bikin aku berkembang justru waktu jadi bagian Teaching Assistant (TA). Waktu itu aku menawarkan diri jadi TA untuk kelas landing page. Karena selama jadi student, aku ngerasa meskipun kelasnya bagus, tapi kurang inspiring. Kita hanya belajar fiturnya aja tanpa ada tutorial untuk membuat sebuah landing page yang bagus. Hal tersebut justru menantangku untuk bikin inovasi-inovasi lain buat kelas yang lebih interaktif, edukatif, tapi tetap menyenangkan. 

Aku coba dengan hands-on bikin landing page Disney+. Itu pengalaman yang berharga dan student seneng karena mereka bisa bikin satu landing page dengan waktu yang singkat. Dari situ kemudian banyak memunculkan inisiatif lain buat bikin sesuatu.

 

Lagi-lagi aku menawarkan diri. Maret, aku bilang ke mas Faiz kalau berminat buat full time di Belajarlagi, waktu dikasih kejelasan kalau aku boleh full time di sini, besoknya ada yang menawarkan pekerjaan. Tapi karena sudah kepalang bilang iya di Belajarlagi, jadi ya diterusin di sini.

Jujur aku seneng sih berada di sini karena banyak kesempatan belajarnya. Selain itu, karena hal ini masih baru dan kesempatan buat ngembangin sesuatu dari nol itu banyak banget. Akhirnya aku jadi fulltimer di Belajarlagi sebagai Project Manager produk spesialisasi yaitu Social Media Organic. Jadi, mulai mengonsep dari nol, bikin kurikulum dan lain sebagainya.

Tantangan terberat dari mengonsep di awal buat bikin produk baru?

Tentu saja takut salah. Takut kalau ada peminatnya, gak ya. Dan keraguan-keraguan lain semacam itu. Tapi, ekosistem di Belajarlagi yang juga supportif terhadap ide-ide baru, maka hal tersebut akhirnya dieksekusi.  Toh peluang berhasilnya bakalan 50:50. 

Untungnya mas Faiz (CEO Belajarlagi) meng-encourage dan bilang kalau ini saatnya membuktikan kalau kelas social media memang ada peminatnya, banyak orang yang kompeten di bidang ini, begitu pula dengan adanya career path. Kami banyak berdiskusi, revisi program, dan sebagainya sampai ketemu formula program yang cocok. Syukurnya SMO sekarang udah mau jalan ke batch ke-4. Yeay!

Kupikir ini produk yang cukup unik mengingat kelasnya adalah pembuatan konten aja dari perencanaan, copywriting, desain. Belum termasuk dengan iklan dan lain-lainnya. Karena aku ngerasa, bikin iklan kalau kontennya jelek ya sama aja gak bakalan laku. Melalui kelas SMO, aku pengen bagiin pengalaman-pengalaman bikin konten organik yang bagus agar tetap sustain buat produk atau bahkan brand. 

Apa perbedaan yang paling signifikan ketika kamu melihat Belajarlagi dari luar (saat jadi student) dengan ketika jadi core team di BL, kak? 

Aku dulu gabung di Belajarlagi sebagai student di Cohort awal tuh melihat sebagai sesuatu yang sedang berkembang. Dengan harga yang affordable, ternyata dapat cukup banyak insight. Dulu gak terlalu mikirin Belajarlagi akan berkembang seperti apa dan kayak gimana. Cuma pas masuk di dalam sistemnya, ternyata ekosistem belajarnya semakin dengan adanya fasilitator, suasana kelas (pembawaan moderator dan instrukturnya yang seru, antusiasme dari student juga).

Ketika sudah masuk dan bikin program tuh aku merasa lebih bertanggung jawab terhadap silabus, selektif memilih lecture yang jago dan bisa ngajar. Karena gak semua yang jago tuh bisa ngajar dan bisa sharing ke student.  

Jadi, kak Anang berkembang sejauh apa akibat mengiyakan tawaran di Belajarlagi?

Banyak sih, salah satunya adalah networking. Kenalan itu penting banget buat saat ini. Selama di Belajarlagi jadi terlatih buat approach orang baru, instructor baru. Toh saat jadi content creator aku juga akan banyak berhadapan dengan orang.

kesempatan berjejaring dan membangun networking semakin luas

Kedua, aku juga terlatih untuk melihat sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas. Mungkin dulu di pekerjaan yang lama aku ada di perusahaan besar, tapi aku jadi bagian kecilnya. Sedangkan di Belajarlagi aku jadi bagian besar meskipun perusahaannya masih kecil. Jadi, banyak hal-hal strategis yang perlu aku serap ilmunya dan pelajari lebih lanjut. 

Bicara tentang skill networking nih, apakah mengantar kak Anang pada peluang-peluang lainnya?

Yes! aku sempat jadi pembicara di Perpustakaan Daerah Blitar tentang Canva, dan waktu itu, Humas Perpusda Blitar adalah Student Belajarlagi. Pada Oktober mendatang aku bakal ngisi di UI untuk bicara tentang TikTok Organik. Sempat juga jadi dosen tamu di UNPAD, karena dosen yang mengundang merupakan salah satu alumni Belajarlagi. Itu kesempatan yang gak disangka banget dan belum tentu aku dapatkan di luar Belajarlagi. 

—------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagi kamu yang tertarik dengan dunia sosial media lebih mendalam, kamu bisa kepoin program Social Media Organic Belajarlagi. Selamat belajar hal-hal baru dengan lebih menyenangkan di kelas, ya!

#
Cerita Alumni
Belajarlagi author:

Belajarlagi Writer

Tim penulis Belajarlagi yang profesional dan berdedikasi untuk memberi informasi berkualitas demi Teman Belajar

Temukan Hal Menarik dan Asyik Lainnya

Yuk, Langganan Newsletter Kami

Topik apa yang paling menarik untuk anda?
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.
Cookie Consent

By clicking “Accept”, you agree to the storing of cookies on your device to enhance site navigation, analyze site usage, and assist in our marketing efforts. View our Privacy Policy for more information.